Informasi Terpercaya Masa Kini

Demi Hidupi 3 Adik,Windi Terpaksa Nyamar Jadi Laki-laki Kerja Kuli,Sering Kelaparan Cuma Minum Air

0 2

TRIBUNJATIM.COM – Seorang perempuan menyamar jadi laki-laki demi menghidupi dirinya dan tiga adik asuhnya.

Keputusan nekat perempuan bernama Windi ini bermula dari kesulitannya dalam mencari pekerjaan.

Hingga akhirnya ia bekerja jadi kuli.

Baca juga: Sosok Aktivis Anti Korupsi Jadi Calo Akpol Tipu Crazy Rich Makassar Rp4,9 M, Andi Banjir Hujatan

Ya, hidup susah membuat Windi mengambil langkah yang tergolong nekat.

Perempuan berambut bondol itupun mengubah penampilannya menjadi laki-laki dan mengubah identitasnya menjadi Egi.

Ia sengaja menyembunyikan jati dirinya demi bertahan hidup. 

Sang kakek lah yang menamakannya Egi.  

Kakeknya, yang juga bekerja sebagai kuli bangunan, merasa aman jika Windi berpura-pura menjadi seorang laki-laki. 

Dengan identitas barunya, Windi mulai bekerja sebagai kuli bangunan meskipun hal itu sangat berat dan didominasi oleh laki-laki.

“Sang kakek yang menamakannya Egi merasa aman jika Windi berpura-pura menjadi seorang laki-laki,” tulis sumber.

Sejak kecil, Windi memiliki latar belakang yang memilukan.

Ia ditelantarkan oleh kedua orang tuanya dan tinggal bersama kakek dan neneknya.

Miris, enam tahun lalu, kakeknya yang sangat berarti bagi hidupnya, meninggal dunia.

Tidak lama kemudian, sang nenek meninggal dunia.

Akibat kejadian tersebut, Windi tidak hanya kehilangan orang-orang terkasih, tetapi juga kesempatan untuk melanjutkan pendidikan.

Ia hanya bisa sekolah sampai kelas 2 SD tanpa memiliki ijazah.

Windi memiliki tiga adik asuh bernama Salsabila (11), Nabila (8), dan Iqbal (6).

Meskipun bukan adik kandung, Windi sangat peduli terhadap mereka.

Windi menekankan, dirinya harus berjuang sekuat tenaga demi adik-adik bisa makan, sekolah, dan memiliki tempat berteduh.

Tanggung jawab ini membuat hidupnya semakin berat, terutama di tengah keterbatasan finansial.

“Saya harus berjuang sekuat tenaga demi adik-adik bisa makan, sekolah dan tempat berteduh mereka,” ujar Windi, seperti dikutip dari sharinghappiness.org via Tribun Jakarta.

Baca juga: Jualan Terasi Cuma Dapat Untung Rp3 Ribu, Mbah Gani Tetap Semangat Cari Nafkah Meski Usia Sudah 83

Windi dan ketiga adik asuhnya hidup dalam kondisi yang sangat sulit.

Mereka sering berpindah-pindah kontrakan karena menunggak pembayaran sewa.

Windi sebenarnya tak ingin menunggak, tetapi penghasilannya seringkali pas-pasan.

Untuk makan saja, mereka kesusahan.

Tabungan yang dikumpulkan selalu habis untuk urusan perut dia dan ketiga adiknya.

“Saya tidak tega melihat adik-adik saya pernah dua hari tidak makan,  kami hanya bisa minum air putih,” ungkap Windi.

“Si kecil Iqbal sampai tertidur karena kelelahan menangis,” lanjut Windi.

Sebagai kuli bangunan pun, ia harus lebih banyak menunggu panggilan yang jarang datang.

“Tidak selalu ada pekerjaan,” kata Windi.

Terkadang, kedua adiknya juga bolos sekolah karena kesulitan biaya transportasi, menjadikan kondisi mereka semakin memprihatinkan.

Kedua adiknya, Salsa dan Nabila, sering bolos sekolah karena sering berpindah kontrakan.

Sebab, jarak tempat tinggal mereka semakin jauh, bahkan sangat jauh dari sekolah.

Windi mengaku tidak punya ongkos untuk Salsa dan Nabila ke sekolah.

Bahkan Salsa pernah sampai dua minggu tak masuk sekolah.

“Padahal saya sudah berusaha agar mereka enggak putus sekolah seperti saya dan bisa terus sekolah yang tinggi,” tutur Windi.

Baca juga: Kini Sakit, Mbah Carli Pilu Tak Dapat Royalti Padahal Lagu Ciptaannya Terkenal, Cuma Dibayar Beras

Kisah Windi inipun viral di media sosial.

Setelah kisah Windi viral di media sosial, banyak netizen yang memberikan dukungan.

Melalui penggalangan dana yang diorganisir oleh sharinghappiness.org, per Kamis (17/10/2024) sore, sudah terkumpul donasi sebesar Rp402.222.751 dari target Rp425 juta.

Dana ini nantinya akan digunakan untuk kebutuhan pendidikan, tempat tinggal, serta modal usaha bagi Windi dan adik-adiknya.

“Kami bersyukur atas perhatian dan bantuan yang kami terima,” ungkap Windi.

Kisah Windi adalah contoh nyata dari perjuangan hidup yang keras, tetapi juga memberikan harapan akan solidaritas masyarakat terhadap mereka yang membutuhkan.

Nasib serupa juga dialami seorang perempuan bernama Sopyah Supriatin (22) yang terpaksa tampil seperti laki-laki demi kerja jadi kulin.

Perempuan di Indramayu, Jawa Barat, tersebut berpenampilan seperti laki-laki demi bisa bekerja menghidupi dirinya dan adik.

Demi bisa makan, Sopyah Supriatin terpaksa memotong pendek rambutnya agar terlihat seperti laki-laki dan jadi kuli.

Semua rela dilakukan oleh Sopyah Supriatin demi bisa bekerja sebagai buruh bangunan.

Sopyah rela melakukan apapun demi bisa bekerja dan mendapat penghasilan untuk membiayai sang adik bernama Samsul Ramadan (15).

Diketahui, keduanya sudah dua tahun tinggal di sebuah rumah sederhana di atas tanah pemerintah.

Tepatnya di Jalan Samsu Blok Bong, Kelurahan Lemah Mekar, Kecamatan Indramayu, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat.

Sopyah sendiri sudah putus sekolah sejak beberapa tahun lalu.

Kini Samsul terpaksa ikut putus sekolah karena terkendala oleh biaya.

Padahal Samsul adalah sosok murid yang berprestasi.

Belum lama ini, Samsul sukses merebut trofi juara 2 dalam ajang Wall Climbing Competition (WCC) bersama Mahameru Climbing Club (MCC) Indramayu yang diadakan oleh organisasi Mahasiswa Kehutanan Pecinta Alam (Mahakupala) Universitas Kuningan.

Bahkan Sopyah pernah tidak makan sampai tiga hari karena tidak ada pekerjaan.

Sopyah dan Samsul adalah seorang piatu.

Ibu Sopyah dan Samsul telah meninggal dunia beberapa waktu lalu.

Sementara itu, keduanya masih memiliki seorang ayah yang merantau ke luar kota menjadi buruh serabutan.

Kendati demikian, penghasilan dari sang ayah belum cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari kakak-beradik ini.

Selama ditinggal orang tuanya, Sopyah mengaku, tetangga kerap memberikan bantuan makanan.

Namun Sopyah bertekad untuk tidak membebani siapapun dan mencari penghasilan dengan keringatnya untuk menyambung hidup.

“Kalau sekarang suka ikut-ikut kerja bangunan,” ujar Sopyah pada Tribun Jabar, Kamis (16/5/2024).

Apapun Sopyah rela lakukan ketika bekerja jadi kuli, mulai dari mengangkut semen, mengaduk semen, dan lainnya.

Sopyah pun bisa membawa upah hingga Rp120 ribu dalam satu hari.

Namun pekerjaan tersebut tidak datang setiap hari. 

Dalam beberapa hari terakhir ini, Sopyah menganggur karena tidak ada panggilan bekerja.

“Ini juga lagi enggak kerja-kerja,” ujar dia.

Ketika tidak bekerja, Sopyah dan adiknya terkadang sampai tidak makan karena tidak memiliki uang.

“Kadang pernah dua hari enggak makan, kadang pernah tiga hari,” ujar dia.

Beruntung, kisah Sopyah dan adiknya kini sudah sampai ke telinga pemerintah daerah.

Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Indramayu dan Pemerintah Kecamatan Indramayu sudah datang mengunjungi keduanya.

Kedatangan mereka turut membawa sejumlah bantuan untuk Sopyah dan Samsul.

“Alhamdulillah saya bersama teman-teman Disdikbud bersama juga Pak Camat sudah mengunjungi kediaman Sopyah bersama Samsul,” kata Kepala Disdikbud Indramayu, Caridin, kepada TribunCirebon.com, Kamis (16/5/2024).

Caridin menyampaikan, pihaknya sudah berbicara dari hati ke hati dengan kakak-beradik tersebut.

Mereka mengaku sangat ingin melanjutkan sekolah.

Samsul pun sekarang sudah kembali bersekolah lagi.

Ia pindah dari SMPN 4 Sindang ke SMPN 3 Sindang untuk melanjutkan pendidikan.

Sementara Sopyah juga punya keinginan yang sama untuk sekolah.

Hanya saja, sebagai kakak, ia mengaku tidak bisa melakukan keinginan tersebut karena tetap harus jadi tulang punggung menghidupi adiknya.

Faktor usia pun menjadi alasan bagi Sopyah, sehingga tidak memungkinkan untuknya kembali bersekolah.

“Sehingga inginnya itu ia membuka usaha saja. Insyaallah untuk Sopyah kita fasilitasi untuk ikut Kejar Paket B dan nanti diteruskan ke Kejar Paket C,” ujar dia.

Caridin menyampaikan, pihaknya juga akan memfasilitasi dan memenuhi kebutuhan sekolah untuk Samsul, mulai dari seragam hingga peralatan sekolah lainnya. 

Disdikbud Indramayu juga akan mengupayakan agar Samsul mendapat beasiswa.

Mengingat Samsul merupakan salah satu siswa yang berprestasi di bidang olahraga panjat tebing.

“Untuk alasan keduanya tidak melanjutkan sekolah karena faktor ekonomi,” pungkas dia.

Leave a comment