Informasi Terpercaya Masa Kini

Mengenal Masayoshi Son, Miliarder di Balik SoftBank dengan Kekayaan Hampir Rp500 Triliun

0 2

Bisnis.com, JAKARTA – Di tengah booming AI, perusahaan telekomunikasi asal Jepang, SoftBank baru-baru ini mengumumkan ikut berinvestasi di OpenAI senilai US$500 juta. 

Investasi tersebut menjadi bagian dari putaran penggalangan dana yang diharapkan akan ditutup minggu ini dan menilai perusahaan rintisan kecerdasan buatan itu bernilai US$150 miliar.

Mengutip Reuters, kesepakatan tersebut merupakan investasi pertama SoftBank di perusahaan yang dipimpin Sam Altman  itu.

Baca Juga : IPO Operator KRL Jepang Diramal Raup Rp33,75 Triliun, Terbesar Setelah Softbank

Grup dari Jepang itu merupakan salah satu investor rintisan paling produktif pada tahun-tahun menjelang 2022, saat valuasi perusahaan rintisan teknologi melonjak tinggi. 

Investasi SoftBank beragam, misalnya senilai US$14 miliar ke WeWork atas hubungan dekat pendiri Softbank Masayoshi Son dengan pendiri WeWork Adam Neumann meskipun perusahaan ruang kerja bersama itu telah runtuh dari valuasi puncaknya US$47 miliar pada 2019.

Baca Juga : : OpenAI Dikabarkan Raih Pendanaan Rp7,57 Triliun dari Vision Fund (Softbank)

SoftBank, konglomerat teknologi media yang didirikan Son dua dekade silam, tengah menikmati kejayaan yang diraihnya di era dot-com. Son sendiri sempat melihat kekayaannya melampaui kekayaan Bill Gates di era yang penuh gejolak itu, bahkan dia menjadi orang terkaya di dunia selama tiga hari. 

Sosok Masayoshi Son

Seorang pebisnis asal Jepang, Masayoshi Son lahirpada 11 Agustus 1957 di Tosu, sebuah kota di bagian timur Prefektur Saga di pulau Kyushu, Jepang.

Baca Juga : : eFishery Milik Northstar – Softbank Umumkan PHK, Ini Penyebabnya

Son adalah generasi ketiga Zainichi Korea, yakni keturunan etnis Korea yang memiliki tempat tinggal tetap atau kewarganegaraan Jepang.

Mengutip Business Insider, Son selalu punya minat terhadap dunia bisnis sejak muda, dia sempat belajar Bahasa Inggris dan ilmu komputer sebelum melanjutkan pendidikan di Amerika Serikat. 

Pada usia 16 tahun, Son pindah dari Jepang ke California dan tinggal bersama teman-teman dan keluarganya di San Francisco Selatan. Son berkuliah di University of California, Berkeley, tempat dia belajar ekonomi dan ilmu komputer dengan jurusan ekonomi.

Kemudian, pada usia 19 tahun, dia memulai usaha bisnis pertamanya saat masih menjadi mahasiswa. Dengan bantuan beberapa profesor, Son menciptakan penerjemah elektronik yang kemudian dia jual ke Sharp Corporation seharga US$1,7 juta.  

Dia kemudian kembali menghasilkan uang senilai US$1,5 juta dengan mengimpor mesin video game bekas dari Jepang.

Son lulus dari Berkeley dengan gelar Sarjana Ekonomi pada 1980. Sebelum memulai SoftBank, dia memulai bisnisnya dengan membangun perusahaan gim video bernama Unison World di Oakland, California. 

Dia kemudian menjual perusahaan tersebut kepada seorang rekanan dengan harga hampir US$2 juta, dan perusahaan tersebut akhirnya diakuisisi oleh Kyocera.

Kemudian, pada 1981, dia mulai membangun SoftBank, yang merupakan sebuah vendor perangkat lunak, dan menjadi operator telekomunikasi besar di Jepang sebelum kemudian berubah menjadi perusahaan induk investasi SoftBank Group Corp.

Lewat perusahaan itu, sebuah buku berjudul “Gambling Man: The Wild Ride of Japan’s Masayoshi Son” karya Lionel Barber menyebutnya sebagai seorang “penjudi”.

Barber mengungkap bahwa akar bisnis Son bersumber dari ayahnya, Mitsunori Son, pencipta bisnis perjudian yang dibangun dari mesin pachinko arcade, di rumah keluarga mereka. 

Son punya ambisi yang tidak terkendali jika berkaitan dengan menjajal peruntungannya. Dia membuat taruhan besar pertamanya pada kejeniusannya sendiri ketika dia mendirikan SoftBank pada 1981. Dari perusahaan itu juga membuatnya bertemu dengan orang-orang penting seperti Rupert Murdoch, Larry Ellison, dan Jack Welch, akuisisi senilai miliaran dolar, dan sikap ‘ambil semua atau tidak sama sekali’ terhadap inovasi.

SoftBank Corp menjadi kendaraan investasi yang mengalami keberhasilan mulai dari investasi di Alibaba pada 1999 dan Yahoo! pada 1995, dan mengalami kegagalan seperti investasi di Kingston Technology, di mana SoftBank membeli 80% sahamnya pada 1996 tetapi kemudian menjual kembali perusahaan tersebut pada 1999 dengan kerugian hingga sepertiga dari harga asli.

Kesuksesan SoftBank juga salah satunya bersumber dari investasi ke Vision Fund senilai US$100 miliar. Dia masuk dalam perusahaan yang didirikan pada 2017 itu untuk berinvestasi dalam teknologi yang sedang berkembang seperti kecerdasan buatan (AI), robotika, dan internet.

Pada 2019, perusahaan ini bertujuan untuk menggandakan portofolio di perusahaan AI dari 70 menjadi 125 perusahaan. 

Investor dalam Vision Fund milik Son termasuk Apple, Qualcomm, Foxconn, kantor keluarga miliarder Larry Ellison, dan dana kedaulatan Arab Saudi. 

Vision Funds telah berinvestasi di lebih dari 400 perusahaan, termasuk perusahaan angkutan daring Grab, pemimpin e-commerce Korea Coupang, dan platform pengiriman makanan India Swiggy. 

Lewat perusahaan itu, Son juga berencana untuk mengumpulkan US$100 miliar lainnya untuk mendanai inisiatif chip AI dengan nama Izanagi, yang dinamai menurut dewa pencipta Jepang.

Mengutip data Forbes, saat ini, kekayaan Masayoshi Son sudah mencapai US$31,2 miliar atau sekitar Rp489,56 triliun dan menjadi orang terkaya ke 60 di dunia.i

Leave a comment