Informasi Terpercaya Masa Kini

AKUN FACEBOOK Selli Winda Mendadak Hilang setelah Viral Kematian Siswa SMP Rindu Syahputra Sinaga

0 7

Akun facebook Selli Winda mendadak hilang setelah viral kematian siswa SMP Rindu Syahputra Sinaga (14), yang sempat dirawat seminggu karena sakit gegara diduga dihukum squat jump 100 kali oleh gurunya di SMPN 1 STM Hilir.

TRIBUN-MEDAN.COM – Rindu Syahputra Sinaga, 14 tahun, siswa SMP Negeri I STM Hilir, Kecamatan STM Hilir, Kabupaten Deliserdang, Sumatera Utara, meninggal dunia setelah diduga dihukum squat jump di sekolah oleh gurunya.

Rindu Sinaga (14) meninggal dunia pada Kamis (26/9/2024), setelah menjalani perawatan selama seminggu atas sakit yang dirasakan usai dihukum squat jump 100 kali di sekolah oleh gurunya Selli Winda Hutapea.

Hukuman squat jump 100 kali itu diterima korban dari guru Agama Kristen, Selli Winda pada Kamis 19 September lalu.

Yuliana Padang, ibu korban menjelaskan, anaknya itu dihukum karena tak bisa menghafal apa yang disuruh guru mata pelajaran agama Kristen tersebut.

Hal itu diketahuinya karena sepulang sekolah, Rindu langsung mengeluh sakit.

“Hari Kamis dihukum guru dia mengeluh kedua kakinya sakit,”katanya kepada Tribun Medan, Jumat (27/9/2024).

Yuliana membeberkan bagaimana rintihan sakit anaknya sebelum tewas.

Hampir setiap hari Rindu meringis kesakitan akibat  kedua pahanya membengkak dan berwarna biru tua.

Meski sudah diobati, sakit yang dialami korban tak mereda. Malah semakin parah sampai akhirnya ia menghembuskan nafas terakhirnya.

“Saya bawa dia berobat, tapi tidak sembuh juga, dia terus mengeluh kesakitan ‘mak sakit kurasa kakiku ini mak’,”kata Yuliana menirukan ucapan anaknya.

Yuliana mengungkap, pada Selasa 24 September ia datang ke sekolah dan meminta izin secara langsung supaya anaknya diizinkan libur karena sakit.

Keesokan harinya, Rabu 25 September kondisi korban semakin parah dan dibawa ke klinik lagi.

Setibanya di klinik, rupanya tim medis sudah tidak mampu menanganinya sehingga korban dirujuk ke RS Sembiring Delitua.

Pada Kamis 26 September, pagi sekitar pukul 06:30 WIB, anaknya dinyatakan meninggal dunia.

“Rabu anak saya ngedrop, saya bawa ke klinik lagi. Rupanya klinik merujuk ke RS Sembiring, Delitua. Hari kamis pagi setengah 7 kurang anak saya sudah tidak ada lagi, meninggal dunia,”ujarnya dengan tangisan.

Terkait hal ini, Kepala Sekolah SMP Negeri I STM Hilir, Suratman saat dikonfirmasi Tribun Medan melalui telepon belum merespon.

Bagiamana Sosok Selli Winda Hutapea?

Informasi yang dihimpun, Selli Winda memiliki akun media sosial Facebook.

Terpantau dari akun media sosial Facebooknya @SelliWinda, ia lulusan Sekolah Tinggi Teologia Real Batam tahun 2022.

Selli Winda Hutapea anak tunggal perempuan dari 5 bersaudara.

Selli Winda juga masih gadis yang belum memiliki pasangan hidup alias suami.

Hal itu terlihat dari foto yang diunggah di akun Facebooknya.

“Orangtua sudah mulai resah ketika anak cewek satu2nya terlalu asyik dengan kesendiriannya,”tulisnya dalam keterangan foto.

Kini, setelah ramai pemberitaan tentang kematian Rindu Sinaga, akun Facebook Selli Winda mendadak menghilang setelah dicek Tribun Medan, Sabtu (28/9/2024). 

Ibu Korban Sempat Datangi Polsek untuk Bikin Pengaduan, Tetapi….

Yuliana Padang, ibu dari Rindu Sinaga (14), mengaku sempat mendatangi kantor Polisi.

Ia mendatangi Polsek Talun Kenas, dibawah naungan Polresta Deliserdang, beberapa jam setelah anaknya dinyatakan tewas, untuk melaporkan guru mata pelajaran agama Kristen bernama Seli Winda Hutapea.

Tapi sayangnya laporan itu gagal dibuat, karena sebelum membuat laporan resmi, dia mendapat penjelasan dari pihak Polsek kalau dirinya membuat laporan, maka jenazah anaknya akan diautopsi.

Personel Polisi itu juga menjelaskan kalau proses autopsi akan membedah jenazah dari kepala sampai kaki, lalu mengambil bagian tubuh untuk dijadikan sampel.

Mendengar penjelasan inilah membuat Yuliana mundur untuk membuat laporan.

Alhasil, Yuliana mengaku malah disuruh menandatangani surat pernyataan kalau dirinya tidak bersedia jasad anaknya diautopsi. “Polisi itu menjelaskan, ini bagian kepala dikoyak, organ tubuh dikeluarkan, diambil sikit-sikit dikumpul untuk bahan sampel. Jadi saya merasa takutlah karena anak saya sudah meninggal dan tak bernyawa lagi malah mau digituin. Terakhir saya gak terimalah, saya mundur,”kata Yuliana, Sabtu (28/9/2024).

Yuliana menjelaskan, dirinya tidak memahami sekali bagaimana langkah hukum yang harus ia lakukan terkait kematian anak pertamanya itu.

Pernyataan tidak bersedia jasad anaknya di autopsi itu pun dia tandatangani dengan berat hati, karena ketidaktahuannya.

Tapi kata Yuliana, dia tetap mau kematian anaknya diproses secara pidana, yakni melaporkan Seli Winda Hutapea, guru Agama Kristen yang diduga sempat menghukum anaknya dengan cara squat jump sebanyak 100 kali.

Pesan terakhir anak agar guru Selli Winda Dipenjarakan

Ditambah lagi, pesan terakhir anaknya, Rindu Syahputra Sinaga sebelum tewas adalah meminta supaya guru tersebut dipenjarakan. Sebab, diduga akibat hukuman itulah kaki korban membengkak, lalu membuat korban tewas.

“Saya tanda tangani karena saya tidak mengerti hukum, saya mau menuruti pesan anak saya karena dia pesan supaya penjarakan guru itu. Saya berharap tegakkanlah keadilan supaya kasus ini tidak ada lagi, cukuplah anak saya,”katanya.

Terpisah, Kapolsek Talun Kenas AKP Jurnal Aritonang membenarkan kalau Yuliana sempat datang ke Polsek Talun Kenas pada Kamis 26 September kemarin.

Ia menyebut pihaknya tidak menghalangi kalau pihak korban mau membuat laporan. Tapi katanya pihak korban belum jadi membuat laporan. Ia pun mengaku Yuliana sudah menandatangani surat pernyataan tidak bersedia autopsi.

Tapi tidak dijelaskan, pernyataan ini apakah ada intervensi dari pihak yang mau dilaporkan atau tidak sehingga Polisi terkesan sigap. “Kita sudah jelaskan kalau memang mau buat laporan kita akan terima. Namun keluarga korban Belum jadi buat laporan,”kata AKP Jurnal Aritonang.

“Mereka tanda tangan surat tidak bersedia untuk korban diautopsi,”tutupnya.

Berikut Tanggapan PJ Bupati dan Kapolres Deliserdang 

Sementara, Penjabat (Pj) Bupati Deli Serdang, Wiriya Alrahman belum mendapatkan informasi soal kematian salah satu siswa SMP Negeri 1 STM Hilir berinisial RSS (14) yang sempat sakit dan meninggal dunia setelah dihukum squat jump oleh gurunya.

Karena itu Wiriya pun belum bersedia untuk berkomentar banyak ketika diwawancarai www.tribun-medan.com Jumat (27/9/2024).

Wiriya menyebut belum ada laporan dari Dinas Pendidikan kepadanya. 

“Belum tau saya, baru tau ini. Di mana rupanya kejadiannya?. Sekolah negeri atau swasta?. Nggak ada Kadis Pendidikan cerita sama saya tadi ketemunya kami, nggak ada (dilaporkan soal kejadian ini), ” ujar Wiriya yang ditemui di kantor Bupati. 

Karena menganggap kasus ini cukup serius, Wiriya pun saat itu langsung menghubungi Kadis Pendidikan, Yudi Hilmawan.

Ia bertanya bagaimana kejadian sebenarnya. Terdengar kalau saat itu Yudi menyampaikan kalau dirinya sedang berada di rumah duka. 

“Oo kamu di sana. Ya nanti laporkan sama saya ya hasil seperti apa,” kata Wiriya melalui telepon. 

Saat itu Wiriya menyampaikan lagi kalau Kadis Pendidikan sedang menyambangi rumah duka. Ia mengaku akan memberikan komentar setelah ada penjelasan yang didapatkan oleh Dinas Pendidikan. 

Hal yang sama juga disampaikan oleh Kapolresta Deli Serdang, Kombes Pol Raphael Sandy Cahya Priambodo yang juga sempat bersama dengan Wiriya di kantor Bupati, juga mengaku belum mendapatkan informasi terkait kematian siswa ini. 

“Baru tau saya. Dimana kejadiannya? Nanti kita cari tau dulu lah ya. Belum ada informasi ke saya,” ucap Kombes Raphael. 

(dra/cr25/tribun-medan.com)

Leave a comment