Sejumlah Anak Muda Jijik dan Kritik Program 1 Arsitek 1 Kecamatan,Ridwan Kamil Beri Balasan Menohok
TRIBUNJAKARTA.COM – Gagasan Ridwan Kamil terkait program satu arsitek satu kecamatan di Jakarta menuai kritik.
Arsitek muda bernama Gea mengatakan program itu justru menimbulkan kecemasan terhadap para arsitek-arsitek junior.
“Kalau misalnya satu kecamatan satu arsitek, otomatis kan menambah proyek dan mengganggu kecemasan para arsitek-arsitek ini kang. Yang kita tahu UMP-nya untuk junior arsitek ini kan cuma sekitar Rp 4,5 juta,” ujar Gea seperti dikutip dari acara Bongkar Aspirasi Ridwan Kamil (BARK) yang tayang di Youtube pada Minggu (15/9/2024).
Ia bertanya apa langkah Ridwan Kamil dalam memberikan peluang bagi para arsitek muda untuk bisa berkontribusi pada tata kota Jakarta.
“Sehingga mereka tidak hanya semangat ngumpulin portofolio aja kang, tapi mereka juga punya semangat untuk membangun kota dan negara ini jadi lebih bisa kolaborasi lagi dengan pemerintah,” katanya.
Selain menyampaikan kritiknya, Gea juga sempat menyampaikan cerita bahwa sejumlah temannya dulu yang mengidolakan RK kini kecewa.
Pasalnya, Ridwan Kamil terjun ke dalam politik.
“Saya 4,5 tahun kerja di studio arsitek di Jakarta. Saya tanya ke teman-teman saya kang, yang rentang umurnya itu 30 – 25 tahun, siapa sih arsitek idola mereka saat masih jadi mahasiswa baru? Itu adalah Kang Emil.”
“Namun, 10 teman yang saya tanya hari ini menjawab bahwa mereka merasa jijik karena Kang Emil sudah masuk jadi politisi,” katanya lagi.
Respons Ridwan Kamil
Ridwan Kamil menjawab kritikan Gea bahwa gagasan 1 arsitek dan 1 kecamatan itu saling berkaitan dengan program dana sebesar Rp 100 sampai Rp 200 juta per RW di Jakarta.
Arsitek ditugaskan sebagai pendamping dan perencana dalam membangun tata kota sejak di tingkat kecamatan.
“Anggaran Rp 100 juta sampai Rp 200 juta per RW kalikan jumlah RW 2.700 kan sekitar Rp 500 miliar per tahun. Gimana caranya Rp 500 miliar per tahun kali 5 tahun berkualitas? Harus ada pendamping, yaitu orang yang tahu merencana wilayah, bisa arsitek atau planolog dan seterusnya,” jawab RK.
Ridwan Kamil justru membuka pintu bagi arsitek junior yang ingin berkolaborasi bersama.
“Enggak masalah nanti dibuka lowongan pekerjaan menjadi arsitek di kecamatan yang gajinya harusnya lebih dari yang mba tadi sampaikan atau di kecamatan itu saya kerjasama dengan firmanya mba, selama kerjanya lebih sosial karena bukan proyek komersial kan, proyek yang kita sebut arsitektur komunitas,” jelasnya.
Ridwan Kamil kemudian menanggapi soal adanya sekelompok arsitek yang mengaku jijik dengan dirinya karena terjun ke politik.
Ia beralasan terjun ke politik berawal dari keresahan melihat kondisi negeri yang tidak dalam keadaan baik.
“Kalau negerinya udah beres, tidak ada masalah, saya lebih baik jadi yang lebih baik sebelumnya ngantor arsitek aja hidup saya tenang bapak ibu, karyawan saya punya total 50 perusahaan arsitek saya, tapi kan saya bilang beritanya tentang korupsi, kotanya kotor taman-taman dipagerin dan sebagainya, maka masuk ke politik tuh pilihan tidak mudah karena keluar dari zona nyaman,” ujarnya.
Sebaliknya, Ridwan Kamil mengimbau agar masyarakat yang sudah selesai dengan hidupnya untuk terjun ke dunia politik karena itu pengorbanan.
“Cuman memang di politik praktis beritanya kadang-kadang didominasi viral-viral negatif, tapi kan mayoritas yang kerja dalam diam, mewakili mereka yang tidak viral, kan banyak yang bagus,” pungkasnya.
Akses TribunJakarta.com di Google News atau WhatsApp Channel. Pastikan Tribunners sudah install aplikasi WhatsApp ya