Informasi Terpercaya Masa Kini

Seuntai Rosario dari Paus Fransiskus untuk Mary dan Irfan …

0 11

TANGERANG, KOMPAS.com – Kedatangan Paus Fransiskus pada Selasa (2/9/2024) membawa kenangan tersendiri bagi Mary Lourdes Wicaksono Atmojo (6) dan Irfan Wael (12).

Pasalnya keduanya bisa berinteraksi langsung dengan Paus Fransiskus saat memberikan karangan bunga kepada pemimpin tertinggi gereja Katolik sedunia itu.

Mary dan Irfan merupakan dua anak yang terpilih untuk menyerahkan rangkaian bunga tangan “Bhinneka Tunggal Ika” saat Paus Fransiskus baru tiba di Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten.

Mula-mula, Paus Fransiskus yang baru tiba di bandara turun dari elevator mobil pesawat ITA Airways karena menggunakan kursi roda.

Baca juga: Daftar Lokasi 9 Kantong Parkir Bus untuk Misa Paus Fransiskus di GBK

Paus kemudian menuju area karpet merah di dekat tangga pesawat. Di sana, Paus berusia 87 tahun itu sudah ditunggu oleh Mary dan Irfan yang masing-masing mengenakan baju adat Jawa dan Papua.

Lalu Mary dan Irfan memberikan rangkaian bunga untuk Paus.

Paus pun menerima dan tersenyum kepada keduanya. Ia kemudian tampak bercakap-cakap sebentar dengan kedua anak itu.

Tak lupa, Paus memberikan sebuah hadiah untuk keduanya.

Untuk Mary, Paus memberikan suvenir yang dibungkus wadah warna coklat. Sementara untuk Irfan, Paus memberi suvenir yang dibungkus wadah warna hijau.

Setelahnya, Paus mengatupkan kedua tangan seolah memberi tanda akan melanjutkan perjalanannya.

Kemudian Paus menyapa para pejabat yang hadir menyambut kedatangannya. Di antaranya Menteri Agama (Menag) Yaqut Cholil Qoumas, Anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) Gandi Sulistiyanto, Duta Besar Indonesia untuk Takhta Suci Vatikan Michael Trias Kuncahyono serta Uskup Agung Jakarta Kardinal Suharyo.

Usai Paus Fransiskus meninggalkan Bandara Soetta, Irfan dan Mary membuka bungkusan suvenir yang diberikan kepada mereka.

Ternyata isinya adalah seuntai rosario untuk masing-masing anak.

Untuk Irfan, Paus memberikan rosario yang terbuat dari rangkaian manik-manik hitam.

Sedangkan untuk Mary, diberikan rosario dari rangkaian manik-manik putih.

Mary dan Irfan mengaku senang dengan hadiah dari Paus tersebut.

Baca juga: Paus Fransiskus ke Indonesia, Cak Imin: Pengakuan Indonesia Jaga Keharmonisan Antarumat Beragama

“Senang (dapat rosario),” kata Irfan dan Mary. Keduanya ingin memanfaatkan pemberian Paus itu untuk berdoa bersama keluarga.

Irfan juga mengaku terkesan dengan kebaikan Paus Fransiskus.

Menurut Irfan, Paus asal Amerika Latin itu menyapanya dengan ramah dan sempat menyentuh kepalanya selayaknya sedang memberikan berkat.

“Ramah dan sempat dipegang kepala,” tutur anak asal Maluku itu.

Rangkaian bunga “Bhinneka Tunggal Ika”

Adapun rangkaian bunga tangan yang diterima Paus Fransiskus dari Mary dan Irfan memiliki makna Bhinneka Tunggal Ika.

“Artinya, berbeda-beda namun tetap satu,” demikian dikutip dari keterangan resmi panitia kunjungan Paus Fransiskus.

Rangkaian bunga tangan ini dibuat menggunakan aneka tanaman.

Mulai dari sayur, buah, dan tanaman rempah asli yang mewakili berbagai suku bangsa dan adat di Indonesia.

Sayur dan buah dipilih sebagai simbol Indonesia merupakan negara agraris.

Selain itu, ada anyaman daun kelapa yang membungkus rangkaian ini sebagai simbol Indonesia merupakan negara maritim.

Ada pula padi, bunga kapas, dan daun beringin ada di tengah rangkaian merupakan simbol dari Pancasila, yakni dasar negara Indonesia.

Kemudian sebuah pita merah dan putih yang tersemat di bagian bawah rangkaian bunga menjadi simbol dari ikatan persatuan Indonesia dan semangat Bhinneka Tunggal Ika.

Baca juga: Muhammadiyah Harap Pertemuan Presiden Jokowi dan Paus Fransiskus Bisa Gagas Solusi buat Palestina

“Mengikuti ajaran Bapa Suci Paus Fransiskus dalam Ensiklik ‘Laudato Si’, rangkaian ini memakai bahan yang semuanya dapat digunakan kembali dan didaur ulang. Tidak ada bunga potong seperti rangkaian bunga pada umumnya,” tulis keterangan resmi panitia.

Rangkaian bunga ini sendiri dibuat oleh Ivan Linggar, seorang desainer dan arsitek lulusan SMU Gonzaga Jakarta dan Universitas Katolik Parahyangan Bandung.

Leave a comment