Putra Ismail Haniyeh Ungkap Cara Misil Bisa Temukan Target Hingga Bunuh Ayahnya di Teheran
REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN — Abdussalam Haniyeh, putra dari pemimpin Hamas, Ismail Haniyeh yang syahid di Teheran, Iran pada 31 Juli 2024 lalu menungkapkan bagaimana ayahnya bisa terbunuh. Ia pun membantah klaim laporan media barat, seperti New York Times yang membuat laporan ayahnya terbunuh oleh ledakan bom yang sudah diselundupkan di kediaman tempat Haniyeh tinggal beberapa bulan sebelumnya.
Abdussalam menerangkan, bahwa ayahnya dibunuh lewat serangan misil. Menurutnya, sinyal telepon seluler (ponsel) ayahnya terlacak dan kemudian menjadi target misil yang dikirim oleh pihak musuh. Kepada Al Arabiya, ia mengatakan, terlacaknya sinyal ponsel itu membuat serangan misil begitu akurat menghantam kamar tempat Ismail Haniyet istirahat.
“Seluruh struktur gedung pasti hancur oleh ledakan besar jika memang penyebabnya adalah bom yang diselundupkan di dalam ruangan. Teori keterlibatan ledakan bom tidak berdasar,” kata Abdussalam, dilansir Albawaba, Senin (19/8/2024).
Abdussalam pun mengklarifikasi bahwa misil itu dipandu oleh sinyal ponsel yang berada dekat dengan ayahnya pada malam ayahnya terbunuh. “Ayah saya biasa menggunakan ponsel saat berpartisipasi dalam event tertentu, yang membuat proses pembunuhan menjadi lebih mudah. Saya pikir dia aktif menggunakan ponselnya hingga pukul 10.15 malam pada saat insiden terjadi. Saya berbicara beberapa kali denganya pada hari itu,” kata Abdussalam.
Diketahui, Ismail Haniyeh berada di Teheran saat ia terbunuh usai menghadiri pelantikan Presiden Masoud Pezeshkian. Menurut pejabat Iran, pembunuhan terhadap Haniyeh juga disebut menggunakan misil jarak pendek. Berdasarkan hasil temuan awal, misil itu membawa hulu ledak seberat 7 kilogram.
Sebelumnya, Korps Garda Revolusi Iran (IRGC) mengungkapkan bahwa Ismail Haniyeh dibunuh lewat sebuah ‘misil jarak pendek’ yang ditembakkan dari luar tempat ia tinggal di Teheran. Pernyataan IRGC membantah New York Times (NYT) yang lewat laporannya pada Kamis (1/8/2024), mengeklaim, bahwa, Ismail Haniyeh gugur akibat ledakan bom yang diselundupkan dua bulan sebelumnya ke dalam gedung tempat dia menginap.
Dalam sebuah pernyataan yang dirilis pada sabtu (3/8/2024), IRGC dikutip Al Jazeera menyatakan, bahwa berdasarkan investigas yang dilaksanakan sejauh ini, serangan terhadap Haniyeh, “dilaksanakan lewat tembakan proyektil jarak dekat yang membawa sekitar 7 kg material peledak yang ditembakkan dari luar kediaman (Haniyeh).”
IRGC menegaskan, Israel akan “menerima hukuman berat” atas pembunuhan Haniyeh, yang dalam pernyataan IRGC itu, menyebutkan bahwa “didukung oleh pemerintah kriminal’ Amerika Serikat (AS). Israel hingga kini tidak mengonfirmasi atau menyangkal terlibat dalam pembunuhan Haniyeh, sementara AS menyatakan tidak mengetahui atau terlibat dalam “pembunuhan Haniyeh yang mengancam Timur Tengah terjun dalam konflik yang lebih jauh di tengah perang tak berkesudahan di Jalur Gaza.”