Tekad Direktur Ponpes Haji Miskin Keluar dari Daftar Merah Densus 88, Kembali ke NKRI dan Mulai Upacara Bendera
PADANG, KOMPAS.com – Suasana tidak lazim terlihat di halaman Pondok Pesantren Haji Miskin, Pandai Sikek, Tanah Datar, Sumatera Barat, Sabtu (17/8/2024).
Pagi itu sekitar pukul 08.00 WIB, ratusan santri dan santriwati Ponpes yang didirikan tahun 1992 itu telah berbaris rapi dan menghadap ke tiang bendera.
Hari itu tercatat sebagai sejarah pertama kalinya diadakannya upacara peringatan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan RI di ponpes tersebut.
“Hormat grak,” terdengar suara komandan upacara memberikan perintah.
Semua peserta upacara terlihat mengikuti perintah komandan upacara dengan hormat ke bendera merah putih.
Baca juga: Cerita Polisi Latih Santri Haji Miskin, Ponpes yang Tak Pernah Upacara 32 Tahun
Komandan upacara itu adalah M Ridho (18), santri kelas 3 aliyah ponpes tersebut.
Ridho mengaku sangat gembira bisa mengikuti upacara bendera HUT Kemerdekaan RI untuk pertama kalinya diadakan di ponpes itu.
Apalagi saat itu Ridho diberi kepercayaan sebagai komandan upacara.
“Sangat senang sekali. Selama belajar di sini, belum ada upacara,” kata Ridho kepada Kompas.com, Sabtu (17/8/2024) usai upacara bendera.
Menurut Ridho, terakhir kali dia melaksanakan upacara adalah ketika belajar di SMP.
Namun sejak SD sudah terbiasa upacara bendera setiap hari Senin.
“Terakhir SMP. Tapi saya pernah jadi perangkat upacara dengan jadi pembaca Undang-undang dan Pancasila saat SD,” kata Ridho.
Ridho mengaku sudah belajar di Ponpes Haji Miskin sejak tamat dari SMP di Air Molek, Riau, dua tahun lalu.
Dari SD hingga SMP, dia selalu mengikuti upacara bendera, namun sejak di Ponpes tidak pernah lagi.
“Tidak tahu kenapa. Tidak pula saya tanyakan,” kata Ridho.
Kendati demikian, Ridho berharap kegiatan upacara itu bisa dilaksanakan rutin di ponpes.
“Harapannya bisa rutin dilaksanakan. Ini kan sudah mulai dilaksanakan,” jelas Ridho.
Belajar agama
Menurut Ridho, dirinya memang sengaja belajar di Ponpes Haji Miskin dengan tujuan memperdalam ilmu agama.
“Saya ingin belajar agama. Jadi tahfiz atau penghafal Al Quran. Jadi pilih di sini,” jelas Ridho.
Ponpes Haji Miskin, kata Ridho sudah cukup terkenal di Air Molek.
“Saya tahu dari tetangga. Ponpes ini bagus, ya akhirnya mendaftar dan belajar di sini,” jelas Ridho.
Menurut Ridho, selama belajar di Ponpes Haji Miskin semuanya berjalan lancar dan tidak ada sesuatu yang aneh dipelajari.
“Tidak ada yang aneh-aneh. Semuanya berjalan lancar saja,” kata Ridho.
Ubah citra
Direktur Ponpes Haji Miskin Dedy Kurniawan mengakui upacara bendera peringatan HUT RI itu yang pertama dilakukan sejak berdiri tahun 1992.
Bahkan untuk melaksanakan upacara bendera itu, ponpes sengaja mendatangkan pelatih dari Polres Padang Panjang.
Lalu, tiang bendera yang selama ini berada di tepi halaman dipindahkan ke tengah.
“Seingat saya sebelumnya tidak pernah dilakukan. Ini pertama kali,” kata Dedy kepada wartawan, Sabtu (17/8/2024) usai upacara.
Dedy mengatakan dirinya tidak tahu secara pasti penyebab tidak dilaksanakannya upacara bendera selama ini.
“Saya baru menjabat sebagai direktur pada Mei 2024 ini. Saya tak tahu pasti kenapa. Tapi yang saya tahu ponpes ini masuk daftar merah Densus 88,” kata Dedy.
Daftar merah diterapkan karena Ponpes Haji Miskin berafiliasi ke organisasi terlarang Jemaah Islamiyah.
Sejumlah guru dan pengurus Ponpes Haji Miskin terdaftar sebagai anggota JI.
Baca juga: Lecehkan Remaja yang Jalani Trauma Healing, Pengasuh Ponpes Jadi Tersangka
Dedy mengatakan saat memimpin Ponpes, dirinya bertekad untuk mengubah citra pesantren dan keluar dari daftar merah.
Sebanyak 14 orang pengurus dan guru Ponpes Haji Miskin telah bertobat dan membubarkan diri dari JI serta kembali ke pangkuan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Kemudian, kegiatan upacara bendera dijadwalkan akan dilaksanakan rutin setiap minggu.
“Hari ini bisa terlaksana upacara bendera. Lalu ada 14 orang dari Ponpes Haji Miskin yang ikut ke Bukittinggi untuk membubarkan diri dari JI. Ini buktinya kita serius,” jelas Dedy.
Dedy mengatakan dalam kajiannya, negara dan agama tidak bisa dipisahkan.
Menurut Dedy membela negara adalah sebagian dari iman.
“Jadi ya kita ikuti aturan negara. Termasuk upacara ini,” jelas Dedy.