Terungkap Elektabilitas Duet Terkuat di Pilkada Jakarta,Anies-Sohibul atau Ahok-Ida? Ini Jawabannya
TRIBUNNEWSMAKER.COM – Akhirnya terjawab, elektabilitas calon Gubernur dan Wakil Gubernur terkuat di Pilkada Jakarta 2024.
Dalam hasil survei yang dirilis lembaga Indikator Politik Indonesia, terdapat dua pasangan bersaing ketat di Pilkada Jakarta.
Lantas, pasangan Anies Baswedan-Sohibul Iman atau Basuki Tjahaja Purnama (Ahok)-Ida Fauziah, yang menjadi pasangan terkuat di Pilgub Jakarta? Berikut jawabannya.
Baca juga: Survei Terbaru Pilkada Sulsel, Elektabilitas Andi Sudirman-Fatmawati Ungguli Danny Pomanto-Indah
Dalam hasilnya, Anies-Sohibul masih berada di urutan pertama. yakni 43,7 persen.
Posisi kedua ditempati Ahok-Ida sebesar 32,7 persen, dan Ridwan Kamil-Rahayu 16,6 persen. Sementara yang tidak menjawab sebesar 7,0 persen.
Seperyi diketahui, pengamat komunikasi politik Universitas Esa Unggul, M Jamiluddin Ritonga melihat adanya kerikil bagi Anies Baswedang untuk bertarung di Pilkada Jakarta 2024.
Jamiluddin melihat Anies Baswedan perlu sosok pendamping yang bisa mendongkrak elektabilitasnya di Pilkada Jakarta 2024.
Tiket Pilkada Jakarta 2024 sudah dipegang Anies Baswedan. NasDem dan PKS telah menyatakan dukungannya kepada Aneis Baswedan untuk maju di Pilgub Jakarta 2024.
Baca juga: Risma Jadi Penantang Kuat Khofifah di Pilkada Jatim, Sama-sama Berpeluang Menang, Cek Elektabilitas
PKB DKI Jakarta juga telah memberikan surat tugas untuk eks Gubernur Jakarta itu bersosialisasi di Jakarta.
Namun, Anies Baswedan masih terganjal sosok pendamping. Pasalnya, PKB belum setuju Mantan Capres itu didampingi Sohibul Iman.
Sementara, NasDem telah menyerahkan sepenuhnya kepada Anies siapa yang akan menjadi pendampingnya.
lihat fotoHasil Survei Bukti Pertarungan Anies Vs Ahok di Pilkada Jakarta, Bagaimana Kans Tarung Ulang Eks Pemimpin DKI?
Hasil Survei Bukti Pertarungan Anies Vs Ahok di Pilkada Jakarta, Bagaimana Kans Tarung Ulang Eks Pemimpin DKI?
“Hal itu tentunya menjadi kerikil bagi Anies untuk mengarungi Pilkada Jakarta 2024 yang sangat ketat,” kata Jamil, dalam keterangannya, Kamis (25/7/2024).
Selanjutnya, Jamil mengatakan, tampaknya ada dua cara untuk mendorong PKB dan PKS bersepakat terkait pendamping Anies.
“Pertama, siapa pendamping Anies ditentukan dari elektabilitas. Sosok yang elektabilitasnya paling tinggi otomatis menjadi pendamping Anies,” ucapnya.
Kriteria itu, jelasnya, berlaku untuk kader PKB, PKS, dan lainnya. Dimana dengan kriteria ini semua berpeluang menjadi cawagubnya Anies.
“Dengan kriteria elektabilitas, diharapkan PKB dan PKS dapat menerima siapa nantinya yang jadi pendamping Anies. PKS yang sudah menetapkan cawagubnya dapat menarik calonnya bila elektabilitasnya kalah dari kandidat lainnya. Sebaliknya, bila Sohibul Iman elektabilitas memang paling tinggi, PKB diharapkan legowo menerimanya,” tuturnya.
Kemudian, cara kedua, Jamil menyebut, peluang menyatukan PKB dan PKS dalam memilih cawagub dapat dinetralisir dengan mengajak PDIP berkoalisi.
“Dengan Masuknya PDIP, diharapkan PKS mau mengalah menyerahkan cawagub ke kader Banteng,” ungkapnya.
Ia melanjutkan, jika kader PDIP menjadi cawagub, diharapkan dapat mendongkrak elektabilitas Anies lebih tinggi lain. Sebab, pemilih calon dari PDIP dengan Anies berbeda, sehingga berpeluang besar menambah pundi-pundi suara.
“Kalau itu dapat diwujudkan, maka kekuatan pengusung Anies semakin kuat. Hal itu dapat membuat peluang Anies menang semakin besar,” kata Jamil.
Analisa Indikator
Sementara, Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia Burhanuddin Muhtadi mengatakan, Sohibul Iman belum bisa menambah elektabilitas Anies Baswedan dalam Pilkada Jakarta 2024.
Menurut Burhanuddin, hal tersebut terpotret dalam survei simulasi tiga pasangan calon yang akan berlaga.
Dalam simulasi ini, Anies berpasangan dengan Sohibul, Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok dengan Ida Fauziah dan Ridwan Kamil dengan Rahayu Saraswati.
“Mas Sohibul Iman, Anda bergabung sama Anies Baswedan ternyata hari ini ya, survei kali ini belum cukup memberi bukti empirik bahwa Sohibul Iman bisa menambah elektoral buat Mas Anies,” kata Burhanuddin saat memaparkan hasil survei secara daring, Kamis (25/7/2024).
Burhanuddin menjelaskan, Sohibul belum bisa mendongkrak elektabilitas Anies karena basis pemilih Anies dengan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) tumpang tindih.
“Penjelasannya lagi-lagi sederhana karena basis Sohibul Iman dari PKS dengan Mas Anies overlap ya. Jadi enggak cukup banyak punya kontribusi,” imbuhnya.
PSI Kaget
Ketua DPP Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Cheryl Tanzil mengaku kaget dengan hasil survei Indikator Politik Indonesia.
Sebab, basis pemilihnya di Jakarta banyak juga yang mendukung Anies Baswedan menjadi calon gubernur (cagub).
“Kaget juga gitu ternyata banyak pendukung PSI memilih Pak Anies,” kata Cheryl saat menanggapi hasil survei Indikator Politik Indonesia secara daring, Kamis (25/7/2024).
Apalagi, kata dia, selisih pemilih PSI yang mendukung Anies dan Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok hanya 1 persen.
“Saya cukup terkejut juga dengan hasil pilihan partai PSI ternyata yang memilih Pak Anies dan Pak Ahok itu hanya bedanya kalau enggak salah 1 persenan perbedaannya dari 39 dan 41 persen,” ujar Cheryl.
Sebagai informasi, survei Indikator ini dilakukan selama periode 18-26 Juni 2024 dengan penarikan sampel menggunakan metode multistage random sampling.
Jumlah sampel survei ini sebanyak 800 orang dengan asumsi metode simple random sampling, ukuran sampel 800 responden memiliki toleransi kesalahan (margin of error) ± 3,5 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.
NasDem Rayu PDIP
Bendahara Umum DPP Partai NasDem Ahmad Sahroni menyatakan, pihaknya sering menjalin komunikasi dengan PDIP dan PKB dalam upaya mengajak untuk mendukung Anies Baswedan di Pilkada Jakarta 2024.
Kata Sahroni, bentuk komunikasi itu hanya sebatas lisan atau pembicaraan semata, belum pada finalisasi kesepakatan.
“Ya kalau ajak untuk bergabung kan secara lisan sering kita komunikasi, cuma kan untuk finalisasinya belum,” kata Sahroni kepada awak media di NasDem Tower, Jakarta, Kamis (25/7/2024).
Wakil Ketua Komisi III DPR RI itu lantas menyatakan kalau saat ini pembahasan terkait Pilkada Jakarta masih fleksibel.
Belum ada kesepakatan apapun termasuk soal koalisi untuk mendukung Anies Baswedan.
“Jadi sifatnya masih fleksibel ke kanan, kiri, depan belakang atas bawah,” kata dia.
Termasuk kata dia, kondisi fleksibel itu berkaitan dengan keputusan DPP PKB untuk gabung mendukung Anies Baswedan.
Pasalnya, sejauh ini baru hanya DPW PKB Jakarta yang menyatakan mendukung Anies, untuk DPP yang dipimpin oleh Muhaimin Iskandar alias Cak Imin belum secara resmi menyatakan dukungan.
“Masih (komunikasi) tapi belum ada kepastian. tinggal tunggu,” tutur dia.
(TribunNewsmaker.com/TribunJakarta.com)