Informasi Terpercaya Masa Kini

Dedi Mulyadi Sebut Pelaporan Aep dan Dede ke Bareskrim Bagian dari Upaya PK Kasus Vina

0 70

JAKARTA, KOMPAS.TV – Pelaporan ke Bareskrim Mabes Polri terhadap Aep dan Dede, saksi pada kasus pembunuhan Vina dan Ekky di Cirebon tahun 2016,  merupakan bagian dari upaya peninjauan kembali kasus tersebut.

Laporan ke Bareskrim tersebut dilakukan oleh kuasa hukum para terpidana kasus tersebut bersama Dedi Mulyadi, Rabu (10/7/2024).

Menurut politikus Partai Gerindra ini, perkara tersebut memang benar sudah memiliki kekuatan hukum tetap atau inkracht, namun yang diperjuangakan oleh keluarga terpidana adalah hukum esensial dan kebenaran yang sejati.

“Sudah inkracht. Kan memang proses hukumnya sudah dijalani,” kata Dedi menjawab pertanyaan wartawan mengenai status perkara tersebut, dikutip dari Youtube Kompas TV.

Baca Juga: Pegi Setiawan akan Laporkan Aep karena Beri Kesaksian Palsu di Kasus Vina

“Saya katakan hukum formalnya kan sudah inkracht, yang saya perjuangkan adalah hukum esensial, hukum substasial, dan hukum kebenaran yang sejati.”

Pihak keluarga terpidana masih memiliki ruang untuk memperjuangkan hukum kebenaran tersebut dengan menempuh upaya hukum berupa peninjauan kembali (PK).

“Dan itu masih ada ruang namanya PK, dan ini kuasa hukum yang akan memperjuangkan itu, dan laporan ke Mabes Polri bagian dari upaya PK itu,” tegasnya.

Dalam kesempatan itu, Dedi juga menjelaskan, pihak kuasa hukum dan keluarga terpidana berangkat dari keyakinan bahwa ketujuh terpidana tidak melakukan tindakan pembunuhan dan pemerkosaan.

“Berangkat dari keyakinan bahwa ketujuh terpiana yang hari ini masih mendekam di penjara dengan vonis penjara seumur hidup, bahwa mereka tidak melakukan tindak pidana dengan tuduhan pembunuhan dan pemerkosaan.”

“Mereka masuk ke penjara karena salah satunya ada kesaksian yang disampaikan oleh Aep dan Dede. Kesaksian Aep dan Dede inilah yang membuat mereka masuk penjara,” tuturnya

Hari ini, lanjut Dedi, dirinya bersama tim kuasa hukum dari Peradi dan keluarga terpidana datang ke Mabes Polri untuk kembali menguji kebenaran kesaksian Aep dan Dede.

“Ini adalah bagian dari cara kita membebaskan tujuh terpidana yang hari ini masih mendekam di penjara setelah Pegi Setiawan terbebas melalui putusan praperadilan di PN Bandung.”

Menurutnya, tim kuasa hukum sudah menemui para terpidana dan mendapatkan kuasa dari mereka.

Ia juga membeberkan temuan yang menurutnya unik, saat menemui para terpidana. Salah satunya adalah terpidana Ucil atau Rivaldi awalnya ditangkap bukan karena kasus pembunuhan.

“Saudara Ucil atau Rivaldi sebelumnya ditangkap bukan karena kasus pembunuhan tapi karena kasus membawa senjata tajam. Senjata tajamnya itu jenisnya mandau, bukan samurai,” kata Dedi.

Baca Juga: Siap Kerja Sama! Kakak Vina Saling Tukar Informasi dengan Kuasa Hukum Pegi

“Tapi kemudian di pengadilan mandau itu disebut samurai.”

Kedua, lanjut Dedi, para terpidana menyampaikan bahwa mereka ditangkap di depan SMP 11 oleh Unit Narkoba yang dipimpin oleh Iptu Rudiana, yang saat itu mungkin masih berpangkat Ipda.

Mereka kemudian dimasukkan ke unit narkoba dan mengalami berbagai penyiksaan. Setelah itu mereka disodori berita acara yang harus ditandatangani.

“Kemudian mereka juga menyampaikan bahwa batu dan bambu yang disebut di pengadilan sebagai balok padahal bambu, itu disiapkan oleh Saudara Jaya dan Saudara Sudirman yang waktu itu disuruh mencari bambu dan batu untuk sebagai alat bukti.”

“Kemudian yang berikutnya, saya mengajak pada semua, kita ini sekolah, rata-rata S1, S2, dan S3, bahkan mungkin banyak yang profesor. Kita hari ini terkecoh oleh, satu orang yang kesurupan namanya Linda,” bebernya.

Suara Linda yang kesurupan kemudian direkam oleh kakak Vina, lalu diserahkan pada Iptu Rudiana.

“Linda itulah yang menyampaikan bahwa ada pemerkosaan dan pembunuhan oleh 11 orang. Itu orang kesurupan lho yang menyampaikan.”

“Kemudian, tiga orang yang dinyatakan DPO itu kemudian dua orang dianulir oleh Polda Jabar, itu berdasarkan keterangan Sudirman yang sekolahnya 17 tahun baru lulus SD.  Artinya tidak naiknya empat kali,” ucapnya.

Dedi berpendapat Sudirman tidak memiliki kapasitas daya pikir yang cukup untuk memberikan penjelasan hukum, yang berakibat pada terpenjaranya orang lain.

“Sudirman saya yakin kalau ditanya hari ini, beda lagi.”

Leave a comment