Refleksi Diri dan Personal Branding dalam Buku Seni Mengiklankan Diri
Pernah merasa bingung bagaimana cara mempromosikan diri tanpa terdengar seperti “jualan”? Itulah yang membuat saya tertarik pada buku karya Dr. Herry Margono ini. Dari judulnya saja, Seni Mengiklankan Diri, sudah terasa seperti ajakan ‘nakal’ namun serius untuk lebih mengenal potensi diri.
Buku ini adalah bagian dari seri Strategi Komunikasi yang disusun oleh Sempurna Training & Consulting, dan memiliki 382 halaman yang cukup padat. Setiap bab dimulai dengan kutipan inspiratif, yang rasanya seperti tegukan kopi pagi—menggugah dan menyegarkan. Harus dinikmati dan diresapi.
Sebagai seseorang yang kesehariannya hidup di dunia media sosial, saya paham betul pentingnya personal branding. Dalam buku ini Dr Herry Margono menyebut personal branding dengan sebutan “merek berjalan”.
Bicara tentang personal branding, di era ini, kita semua ternyata adalah “merek berjalan”, betul apa betul?
Namun, nyatanya mengelola dan menonjolkan keunikan diri tidaklah semudah memilih filter Instagram. Buku ini menguraikan konsep personal branding dengan detail, mulai dari mengenal diri, memahami esensi “mengiklankan diri,” hingga mengekspresikannya melalui penampilan, karya, dan lingkungan.
Salah satu bagian favorit saya ada di Bab 8: Ekspresi Keindahan Merek Pribadi. Dr. Herry mengingatkan bahwa diri kita sejatinya dinilai dari banyak aspek—penampilan, gaya berbicara, hingga cara kita mengatur ruang pribadi. Penekanan pada pentingnya ekspresi diri yang autentik sangat relevan bagi siapa pun yang ingin terlihat menonjol tanpa kehilangan esensi.
Ada satu kutipan Dalai Lama yang menghentak:
“Perasaan kamu yang bilang ‘aku tidak berharga’ adalah salah. Kita semua memiliki kekuatan dalam batin kita.”
Membaca ini membuat saya berpikir, mungkin kita terlalu sibuk menjadi “seragam” hingga lupa bahwa keunikan adalah kekuatan.
Buku ini mengingatkan agar kita tidak seragam dengan orang lain karena sudah terlalu banyak orang yang seragam di planet bumi ini. Personal branding atau merek pribadi akan membuat diri kita lebih menonjol dan berbeda dengan orang lain (hal.15)
Namun, buku ini tidak melulu soal teori. Ada banyak contoh praktis, seperti bagaimana busana, tata ruang rumah, dan bahkan karya cipta bisa menjadi medium untuk menyampaikan pesan merek pribadi kita. Saya merasa bahwa buku ini seperti cermin yang memaksa kita untuk melihat, “Apakah aku sudah benar-benar mencintai diriku dan apa yang bisa aku tawarkan kepada dunia?”
Meski isinya berbobot, Dr. Herry menulis dengan gaya yang mudah dicerna. Buku ini mengajak kita berpikir lebih dalam tanpa terkesan menggurui. Cocok untuk siapa saja yang ingin meningkatkan kepercayaan diri, membangun citra positif, atau sekadar memahami pentingnya menjadi diri sendiri.
Nah, apakah buku ini sempurna? Tentu tidak. Buat saya pribadi ada beberapa bagian yang mungkin terasa berulang terutama pembahasan penampilan dan busana. Namun secara keseluruhan, buku ini layak menjadi panduan bagi siapa pun yang ingin “mengiklankan diri” dengan elegan.
Jika kalian merasa belum mencapai potensi penuh dalam hidup, mungkin ini saatnya melihat lebih ke dalam diri, menemukan keunikan diri kalian dan mulai memancarkannya ke dunia. Seperti pesan buku ini, “Merek pribadi adalah tentang menjadi versi terbaik diri kita, bukan versi orang lain.”
Setuju?