Informasi Terpercaya Masa Kini

Gaya Parenting Kolaboratif, Ketika Orang Tua Libatkan Anak Diskusikan Keputusan Keluarga

0 2

Tak perlu selalu mendikte, ada pilihan gaya parenting lain yang bisa dicoba dipraktikkan di rumah. Salah satunya yaitu gaya parenting kolaboratif, yang dilakukan dengan melibatkan anak dalam setiap diskusi keluarga. Berminat menerapkannya, Bunda?

Biasanya para Bunda terjebak dalam lingkaran yang tidak nyaman dengan kegiatan sehari-hari, terutama saat sulit untuk mengajak anak bekerja sama.

Dikutip dari Pure Wow, saat ini muncul konsep gaya parenting kolaboratif atau collaborative parenting. Seperti yang dijelaskan psikolog UC Santa Cruz, Barbara Rogoff, bahwa orang tua kerap memandang kepatuhan dari sudut kendali.

“Seseorang bertanggung jawab dan yang lain melakukan apa yang diperintahkan karena mereka harus melakukannya. Orang-orang berpikir bahwa harus orang dewasa atau anak yang memegang kendali,” ungkap Rogoff.

Namun dalam meneliti budaya lain, Rogoff melihat ada pendekatan alternatif, yakni saat anak dan orang dewasa bersama-sama mencapai tujuan. 

Baca Juga : Mengenal Gentle Parenting Pola Asuh Tanpa Marah-marah, Ini Cara Menerapkannya

“Bukan berarti membiarkan anak-anak melakukan apa pun yang mereka inginkan. Tapi baik anak-anak maupun orang tua bersedia saling membimbing,” pesannya.

Seperti apa gaya pengasuhan kolaboratif?

Dikutip dari Psychology Today, gaya pengasuhan kolaboratif nonpermisif didasarkan pada prinsip-prinsip komunikasi tanpa kekerasan atau nonviolent communication (NVC). 

Dalam prinsip ini, diutamakan kasih sayang dan empati untuk menciptakan hubungan yang berkualitas, terutama yang peduli terhadap kebutuhan satu sama lain.

Tidak seperti gaya pengasuhan tradisional yang mungkin bergantung pada dinamika kekuasaan atau paksaan, pendekatan parenting kolaboratif ini memprioritaskan empati dan rasa saling menghormati.

Sebagian besar konflik antara orang tua dan anak terjadi dalam lingkup strategi antara melakukan perintah orang tua atau tidak. Ini terikat pada hasil yang diinginkan dan sama sekali mengabaikan apa yang mendorong perilaku tersebut.

Alih-alih hanya berfokus pada strategi dan hasil, pola asuh kolaboratif nonpermisif mendorong orang tua untuk terlibat dengan anak-anak pada tingkat kebutuhan yang lebih dalam.

Pentingnya empati dalam pengasuhan kolaboratif

Dalam menerapkan pola asuh ini, orang tua dan anak berpotensi lebih mampu mengekspresikan diri dengan jujur. Percaya bahwa masing-masing akan saling mendengar dan memperhatikan.

Intinya adalah keinginan dan kemampuan untuk melihat orang lain.

Saat anak punya masalah, orang tua tidak perlu selalu mencoba memperbaiki, mengkritik, menghakimi, atau mempermalukan. Sebaliknya, pahami pengalaman anak dan berikan dukungan.

Tips menerapkan parenting kolaboratif

Gaya pengasuhan kolaboratif mengedepankan kerja sama antara orang tua atau pengasuh lainnya dengan anak. Dalam konsep ini, kedua pihak bekerja sama membuat keputusan yang berkaitan dengan anak, termasuk saling berbagi tanggung jawab dan berkomunikasi secara terbuka.

Berikut adalah beberapa tips untuk menerapkan parenting kolaboratif:

1. Komunikasi terbuka dan jujur

Luangkan waktu untuk saling berbicara secara terbuka mengenai kebutuhan dan kekhawatiran masing-masing. Termasuk berdiskusi tentang jadwal kegiatan sehari-hari, aturan rumah, atau bagaimana menghadapi masalah yang muncul.

Saat diskusi, pastikan untuk mendengarkan dengan penuh perhatian tanpa langsung memberi respons atau menyela. 

2. Tentukan peran masing-masing

Meskipun peran tidak harus kaku, penting untuk saling membagi tanggung jawab dengan adil dan sesuai kemampuan. Pahami juga bahwa situasi bisa berubah. Kuncinya adalah saling mendukung ketika dibutuhkan, tanpa perlu mendikte.

3. Selesaikan perbedaan pendapat dengan damai

Jika ada perbedaan pendapat, bicarakan dengan tenang dan cari solusi yang memuaskan baik bagi orang tua maupun anak.

4. Berikan pilihan pada anak

Dalam batas yang wajar, ajak anak untuk terlibat dalam keputusan sehari-hari seperti memilih pakaian atau menentukan kegiatan akhir pekan. Ini juga dapat mengajarkan anak tentang rasa tanggung jawab dan meningkatkan hubungan positif dengan orang tua.

5. Kelola aturan bersama

Konsistensi sangat penting dalam disiplin di rumah. Orang tua dan anak harus sepakat dalam hal aturan yang diterapkan, misalnya mengenai waktu menonton TV, penggunaan gadget, atau batasan lainnya.

Jika ada kesalahan, diskusikan kembali untuk mencari solusi atau memberikan konsekuensi yang sesuai.

Seiring perkembangan anak, kebutuhan mereka akan berubah. Parenting kolaboratif mengharuskan orang tua untuk terus beradaptasi dengan kebutuhan anak, misalnya dalam hal pendidikan, pergaulan, atau cara mendekati masalah emosional mereka.

Dengan menerapkan prinsip-prinsip ini, parenting kolaboratif dapat menciptakan lingkungan yang lebih harmonis, tidak hanya bagi anak tetapi juga antara orang tua. 

Ingat, komunikasi yang baik, kerja sama, dan saling menghargai adalah kunci utama dalam pendekatan gaya pengasuhan ini, Bunda. Semoga bermanfaat!

Pilihan Redaksi

  • 10 Tips Belajar Pintar ala Anak-anak di Finlandia, Bunda Perlu Tahu
  • Mengenal Nacho Parenting, Pola Pengasuhan Anak saat Ortu Bercerai dan Menikah Kembali
  • Dampak Gaya Pengasuhan Intensif pada Anak, Membantu atau Justru Berbahaya?

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!

Leave a comment