Informasi Terpercaya Masa Kini

Cara Menerapkan Gentle Parenting yang Mudah untuk Orang Tua

0 2

TEMPO.CO, Jakarta – Memberikan pola asuh yang tepat sangatlah penting, utamanya ketika gempuran teknologi berusaha menginvasi kehidupan anak. Banyak sekali model pola asuh yang diterapkan oleh para orang tua. Apalagi, saat ini media sosial juga ikut menambah tren referensi pola asuh anak yang dapat dipertimbangkan oleh orang tua. Salah satunya adalah gentle parenting atau pola asuh yang lembut.

Seorang psikolog anak dan keluarga Samanta Elsener mengatakan, jika gentle parenting memiliki manfaat mengembangkan kecerdasan emosional anak yang sehat, menumbuhkan rasa percaya diri dan ketahanan. Ditambah lagi berbagai pengaruh media sosial dan cepatnya laju informasi membuat emosi anak bisa tidak stabil.

“Salah satu tips agar sukses melakukan gentle parenting adalah dengan mendampingi anak bermain hingga tercipta hubungan yang erat antara orang tua dan anak melalui empati, mendengarkan secara aktif, komunikasi terbuka dan saling percaya,” kata Samanta dalam keterangan resmi yang diterima Tempo pada 13 September 2024.

Selain keterangan dari Samanta, berikut cara menerapkan gentle parenting yang dirangkum dari berbagai sumber:

1. Mempersiapkan Anak Sejak Dini

Gentle parenting disarankan sudah diterapkan kepada anak sejak dini. Anak sudah harus dipersiapkan dengan cara memberi bimbingan dan arahan dengan penuh rasa empati. Anda bisa mencoba untuk berbicara dengan nada lembut dan memberi penjelasan setiap hal yang ingin anak Anda lakukan. Misalnya, saat anak Anda tidak ingin memakai sepatu, Anda bisa menjelaskan kenapa harus memakai sepatu saat keluar rumah.

Anak juga perlu melakukan banyak latihan yang berulang setiap hari agar kebiasaan baik tertanam menjadi prinsip mereka. Misalnya untuk merapikan mainan setelah bermain. Jelaskan kepada mereka bahwa ada tanggung jawab untuk membuat tempat bermain bersih agar selanjutnya bermain bisa nyaman.

2. Mengedepankan Validasi dan Empati

Gentle parenting memiliki tujuan yang jelas, yaitu berusaha mengatasi akar penyebab perilaku buruk dengan membantu anak-anak mengembangkan keterampilan pengaturan diri mereka dan memahami dampak dan konsekuensi dari tindakan mereka. Hal ini harus dibarengi dengan kerelaan orang tua untuk memvalidasi perasaan yang dirasakan oleh anak-anak, bahkan yang negatif sekalipun.

Anak-anak di sini dibantu untuk jujur dan mengakui apa yang mereka rasakan. Hal ini akan membantu membangun ikatan dan rasa dukungan kepada anak. Namun, sering kali membuat anak mau jujur disalah artikan dengan membiarkan anak melakukan kesalahan. Nyatanya tidak seperti itu. Anak tetap harus diarahkan ketika mereka melakukan kesalahan.

3. Disiplin Positif

Disiplin positif membuat anak berfokus memecahkan masalah mereka dengan mengarahkan ke berbagai keterampilan. Anak akan memecahkan masalah ketika orang tua membiasakan mereka disiplin dan taat akan peraturan yang dibarengi dengan konsekuensi.

Misal jika anak tidak mau mengerjakan pekerjaan rumah, Anda bisa menjelaskan kepada anak jika nanti mereka akan tertinggal dalam pembelajaran dan mereka harus bekerja dua kali lebih keras. Konsekuensi yang diberikan kepada anak ketika tidak mengerjakan sesuatu harus logis atau bukan hal yang dibuat-buat, agar anak paham hal tersebut bisa benar-benar terjadi.

4. Orang Tua Harus Memberikan Teladan

Anak-anak belajar melalui apa yang mereka lihat. Maka orang tua harus menjadi panutan yang positif. Anda bisa menunjukkan perilaku yang ingin diterapkan oleh anak-anak. Misal Anda ingin anak bebas dari gawai, orang tua juga harus mengurangi penggunaan gawai saat menghabiskan waktu dengan anak. Anda bisa melakukan aktivitas untuk bonding juga dengan anak. Semakin banyak waktu yang diluangkan untuk anak, semakin dekat pula anak dengan orang tua.

MITRA TARIGAN | POSITIVE PSYCHOLOGY | PARENT

Pilihan Editor: Ajak Anak Berpetualang dan Asah Pengembangan Karakter lewat Olahraga Lari

Leave a comment