Rumi Sang Pecinta Agung
Rumi Sang Pecinta Agung
Oleh: Syaripudin Zuhri
Siapa yang tak kenal dengan Rumi? Maulana Jalaluddin Rumi, nama yang berabad lalu tapi terus berkibar , mengabadi sepanjang waktu. Rumi seakan menghipnotis para pembacanya. Buku-bukunya terus menerus dibaca orang. Dan uniknya tulisan tulisan tentang cinta kepada kekasihnya membuat generasi melenial dan generasi Z kepicut dan membaca buku-buku Rumi. Buku Rumi tentang cinta menginpirasi bukan hanya generasi jadul, tapi juga generasi masa kini dan generasi measa depan, lah dari mana buktinya?
Mulanya sih saat ada ” Hari Rumi 2024 ” yang diselenggarakan di Menara Kuningan pada tanggal 12 Oktober 2024 beberapa waktu yang lalu. Acara yang dihadiri anak SD sampai yang sudah usia kepala delapan. Acara tersebut dikelola olah generasi melenial lintas agama dan suku. Wah…wah makin menarik ketika ada diskusi tentang Rumi, musical puisi Rumi, Band anak muda yang pasih sekali mengutif karya-karya Rumi di dalam lagu-lagu yang dibawakannya. Ada pameran buku karya Rumi” Matsnawi” tiga jilid sekaligus. Buku dari terjemahan langsung Bahasa Persia oleh Muhammad Nur Jabir, Direktur Rumi Institute.
Tiga jilid buku terjemahan karya Maulana Jalaluddin Rumi ini dikerjakan 5 tahun, yang masih tersisah tiga jilid lagi, karena buku Matsnawi memang terdiri dari enam jilid puisi terdiri dari 26.000( dua puluh enam ribu) bait. Bayangkan betapa tebalnya. Karya yang luar biasa, yang mengabadi. Digali dan digali lagi, dibaca dan dibaca lagi. Matsnawai memang buku Rumi yang paling oke. Buku-buku lainnya banyak, yang saya miliki buku Rumi dan tentang Rumi, saya urutkan berdasarkan jumlah halaman:
Fihi Ma Fihi diterjemahkan Abdul Latif ( 528 halaman)Surat-Surat Rumi pangalih bahasa Moh Amirullah (477 halaman),Terapi Rumi Untuk Keluarga Bahagia karya Prof Nevzat Tarhan ( 468 halaman), Masnawi Bersama Jalaluddin Rumi Memasuki Pintu Gerbang Kebenaran ( 329 halaman) karya Anand Krisna.Masnawi Bersama Jalaluddin Rumi Menggapai Langit Biru Tak Berbingkai ( 310 halaman) karya Anand KrisnaMatsnawi Maknawi jilid 1( 304 halaman) diterjemahkan Muhammmad Nur Jabir,Matsnawi Maknawi jilid 2( 230 halaman) diterjemahkan Muhammmad Nur Jabir,Bawalah Mayatku Pada Kekasihku diterjemahkan dan disyarahkan oleh Kuswaidi Syafi’ie ( 217 halaman )Majalis Sab’ah diterjemahkan oleh Afifah Ahmad ( 207 halaman )Kidung Cinta tulisan KH Husein Muhammad (132 halaman )
Yang saya baca tamat baru Kidung Cinta, karena buku ini tipis hanya 132 halaman. Buku yang lainya dibaca bergantian. Satu buku saja sudah unik dan nikmat untuk dibaca. Kita dibawa oleh Rumi kepada kekasihnya, dan bagi pembaca karya-karya Rumi pasti sudah kenal siapa kekasih Rumi yang hakiki. Untuk generasi melenial biarkan mereka dengan imajinasi masing-masing, dan bisa saja mereka menyebut memang benar-benar untuk kekasihnya sendiri.
Sekedar berbagi kata-kata Rumi yang tak lekang oleh waktu dan jaman, tidak termakan oleh apapun , baik siang atau malam, gelombang laut atau badai, tak lapuk oleh hujan dan panas, pokoknya asik untuk dinikmati, ibarat sambil ngopi atau ngeteh ditambah camilan pisang, tahu, tempe, bakwan goreng yang renyah, ini dia:
Tuhan menciptakan penderitaan agar kebahagiaan dapat terwujud. Semua hal ada melalui hal-hal yang berlawanan.Membalas perlakuan orang lain dengan cara yag sama bukanlah cinta.Jika kau ingin memperoleh permata, kau harus menyelam ke dasar laut. Apa yang ada di pantai hanyalah buihCinta itu manakala kau tak takut meski kau di tengah gelombang lautanKalau umur ini habis, Allah akan anugerahkan umur yang lain. Jika umur kefanaan lenyap, di sana ada umur keabadian. Cinta adalah kehidpan, masuklah kau ke dalam genangan ini. Setiap tetes darinya adalah samudera kehidupan sendiri.Saat seseorang merasa terpenjara, diuji dan menderita, maka keikhlasanmu akan muncul dan bahkan akan semakin kuat.Ilmu yang kau cari dengan penuh cinta, ia akan memiliki kualitas yang tinggi di sisimu, berbeda dengan ilmu yang tak seorangpun mencarinya, maka tidak akan ada yang mempelajari dan mengamalkannya.Keulamaan seseorang tidak ditentukan oleh tampilan pakaian jubah dan sorbannya, karena kemuliaan itu ada di dalam dirinya. Ia tidak bisa berubah menjadi ulama hanya dengan memakai jubah atau baju lusuh.
Itu baru sekelumit karya puisi atau prosa Rumi, ibarat padang pasar yang tak bertepI, itu baru sebutir hikmah dari karya-karya Rumi. Silahkan aja di klik di mbah google tantang Rumi, maka akan berjejer kata kunci yang akan memenuhi layar di hadapan anda. Mau puisi atau prosa, mau kata-kata bijak tentang cinta, mau apa saja akan ketemu dengan Rumi. Rumi Sang Pecinta Agung, akan membawa ke dalam diri kita, ke dalam sanubari kita, ke dalam titik yang terdalam dari diri kita, sampai kita tak tahu lagi siapa diri kita, kecuali kekasih yang disebut Rumi.
Itu diperagakan dengan tarian Darwis, tarian berputar, yang dilakukan bisa sendiri atau bersama. Penari memakai dua lapis baju, baju lapisan luar hitam dan lapisan dalam putih. Ketika akan menari baju hitamnya dibuka, yang ada tinggal lapisan pakaian putih, Itu bermakna, hitam atau kotoran hatimu tinggalkanlah, gunakanlah pakaian putihmu, kebersihan hatimu, lalu berputarlah sampai dirimu fana, tiada, yang ada hanya kekasih. Yang tak biasa, jangan mencoba langsung, bersihan dulu hati, baru menari dan fana bersama sang kekasih. Bila tidak, penari akan rebah, tak berdaya.
Sudah akh itu dulu, makin panjang makin tak akan habis-habisnya. Siapa sanggup menulis tentang karya-karya Rumi yang begitu menawan dan begitu asik untuk dibaca? Setiap karya Rumi akan membawa kita ke pantai yang tak berujung, membawa kita ke angkasa yang tak terbatas, ke samudera yang begitu luas dan puncak-puncak gunung yang tak terlihat. Mau kemana kita? Rumi dengan karyanya menuntun kita dalam perjalanan yang sangat panjang, perjalanan bukan terbatas di alam ini, namun menembus ke alam sana. Yuk terus berjalan, jangan berhenti, karena dengan cinta yang abadi sang kekasih sedang menanti.
Jakarta, 31 Oktober 2024.