Ikan Betok, Ikan “Berjalan” Asli Indonesia yang Sempat Ancam Australia
KOMPAS.com – Ikan betok adalah salah satu spesies ikan asli Indonesia yang kerap dikonsumsi sebagian masyarakat.
Ikan yang juga disebut puyu, papuyu, atau betik ini hidup di air tawar dan perairan payau yang tersebar di beberapa daerah di Tanah Air.
Selain rasa yang lezat, ikan ini dianggap mampu bertahan hidup dalam habitat yang tidak menguntungkan.
Bahkan, ikan ini sempat dianggap sebagai ancaman bagi ekosistem Australia hingga mendapat perhatian dari peneliti setempat.
Baca juga: Hidup di Air, Apakah Ikan Juga Merasakan Haus dan Minum?
Ikan betok, “ikan berjalan” asli Indonesia
Peneliti utama di Kelompok Riset Iktiologi, Pusat Riset Biosistematika dan Evolusi, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Haryono membenarkan, ikan betok atau bernama ilmiah Anabas testudineus merupakan ikan asli Indonesia.
Di Indonesia, ikan betok terutama memiliki habitat di paparan Sunda, yakni sekitar Jawa, Sumatera, dan Kalimantan.
Namun, ikan ini bukan hewan endemik karena habitatnya tidak hanya di Indonesia, tetapi juga tersebar sangat luas di Asia Tenggara sampai ke India dan China.
“Hanya saja kalau di Australia bukan sebaran asli tapi introduce atau jenis pendatang. Begitu pula di Papua juga bukan merupakan habitat asli,” paparnya, saat dihubungi Kompas.com, Rabu (23/10/2024).
Haryono menjelaskan, spesies ikan ini sangat mungkin mengancam populasi ikan asli Papua dan Australia karena kemampuan adaptasinya yang tinggi.
Ikan betok dapat hidup di kondisi yang minim air dan oksigen serta mampu bertahan di lumpur.
Baca juga: Ramai soal Ikan Louhan Berenang Terbalik, Bagaimana Pertolongan Pertamanya?
Ikan betok bisa bernapas di darat
Selain bernapas menggunakan insang seperti ikan lain, ikan betok juga dapat mengambil oksigen langsung dari udara.
Tidak hanya itu, ikan betok pun dapat berjalan di darat dengan menggunakan sirip dadanya yang kokoh.
“Oleh karena ikan betok dapat berjalan di luar air, maka dikenal dengan sebutan climbing perch,” jelas Haryono.
Haryono menambahkan, ikan betok secara food habits atau kebiasaan makan bersifat omnivor alias pemakan segalanya.
Kendati demikian, karena ukuran yang kecil, ikan betok biasanya menyantap ikan-ikan lebih kecil dan krustasea atau udang-udangan.
“Tapi karena betok ukuran kecil tidak mungkin makan burung dan kura-kura yang masih hidup. Kalau ikan kecil dan krustasea memang makanannya,” jelasnya.
Baca juga: Benarkah Tebar Benih Ikan Nila di Perairan Umum Berpotensi Invasif dan Musnahkan Ikan Lokal?
Ikan betok mendapat perhatian Australia pada 2015
Sementara itu, dilansir dari IFL Science, Rabu (3/6/2015), ikan betok dilaporkan terlihat di Pulau Boigu dan Saibai di Selat Torres, yang memisahkan Australia utara dengan Pulau Papua.
Dicap “sangat kuat”, spesies ikan asli Asia Tenggara ini dinilai berhasil mengalahkan spesies asli saat menempati lingkungan baru.
Pada 2015, ikan betok telah diamati berhibernasi hingga enam bulan di lumpur dasar sungai yang mengering.
Peneliti Australia, Nathan Waltham mengatakan, ikan tersebut memiliki “paru-paru” mirip dengan manusia, yang memungkinkannya menghirup udara di darat.
Baca juga: Asal-usul Ikan Mujair, Benarkah Ditemukan Sosok Mbah Moedjair?
Ikan betok bahkan mampu keluar dari situasi yang paling sulit dengan cara membengkak saat ditelan oleh predator besar, seperti burung dan ikan lainnya.
Akibatnya, tenggorokan predator tersebut tersumbat hingga akhirnya tersedak atau mati kelaparan.
Hewan ini juga dilaporkan tahan terhadap air garam dan dapat bertahan hidup di lubang air yang sangat asin.
Meskipun tidak mungkin sampai ke daratan Australia dengan cara berenang melintasi lautan, Waltham khawatir ikan betok tidak sengaja terbawa nelayan.
“Kami sekarang secara aktif memantau ikan betok di lahan basah kami dan mendidik nelayan setempat untuk melaporkan penampakannya. Penting bagi kami untuk tidak membiarkan mereka bepergian ke luar Pulau kami,” kata Waltham pada 2015 silam.