Informasi Terpercaya Masa Kini

Lagu Ciptaannya Selalu Hits,Mbah Carli Miris Tak Dapat Royalti,Dulu Belajar ke Rhoma Irama

0 8

TRIBUNJATIM.COM – Meski lagu ciptaannya selalu hits, nasib Mbah Carli sungguh pilu.

Pasalnya ia tak dapat royalti dari lagu yang diciptakannya.

Kini Mbah Carli pun tengah jatuh sakit.

Baca juga: Nasib Syam Pencipta Lagu Pedangdut Terkenal Kini Ngamen Demi Bertahan Hidup, Royalti Dapat Sedikit

Pria yang berusia 85 tahun ini adalah pencipta lagu tarling pantura asal Desa Benda, Kecamatan Karangampel, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat.

Meski nama Carli asing di telinga, karena selama ini namanya kerap tak disebut, lagu-lagu ciptaannya masih populer hingga saat ini.

Contohnya lagu berjudul ‘Jam Siji Bengi’ yang artinya ‘Jam Satu Malam’.

Lagu ini memiliki makna yang mendalam, seperti banyak karya lainnya yang diciptakan oleh Mbah Carli.

Istrinya, Dasini (67), menjelaskan, Mbah Carli telah menciptakan banyak lagu tarling.

Sebagian lagunya dijual ke Jakarta, sementara yang lain ditawarkan kepada penyanyi lokal.

Sebagian lagu ramai dan meledak di masanya, hingga berulang kali dinyanyikan oleh penyanyi lain dan juga acara tarling dan sandiwara.

“Ada banyak lagunya, Bapane Senang, Jam Siji Bengi, Aja Ditangisi, Sulaya Janji, Kelap-kelip Lampu Biru, Krismon alias Krisis Moneter, Kembang Plastik, Pacaran Duwur Kertas, dan lainnya,” ujarnya.

“Pacaran Duwur Kertas itu cintanya jauh, pacarannya di atas kertas karena dulu zaman surat-suratan, sekarang sih ada HP,” kata Dasini, saat ditemui di rumahnya, Rabu (9/10/2024) petang.

Dasini lantas menunjukkan seluruh lagu ciptaan suaminya.

Ia memperlihatkan kertas yang bertuliskan lirik lagu yang sudah berwarna kuning dan lusuh.

Dihitung, ada lebih dari 50 kertas dari kurun waktu 1980-1990 hingga sebelum tahun 2000-an.

Ia menyebutkan bahwa kemampuan Carli dalam menciptakan lagu dimulai ketika mereka tinggal di Jakarta.

Sejak remaja, Carli bekerja sebagai tukang becak dan penjual koran sebelum mengenal dunia musik yang lebih luas.

Di perantauan, Carli juga menjadi kuli bangunan.

Saat itu, Carli bertemu dan belajar dengan Rhoma Irama tentang musik.

Bahkan Carli juga sempat kenal dengan Benyamin S.

“Pak Carli belajar sama Haji Rhoma Irama dulunya, waktu di Jakarta.”

“Dari kecil tinggal di Jakarta, sama itu yang sudah meninggal, Benyamin S, kenal juga,” ungkap Dasini, melansir Kompas.com.

Meskipun pernah ditawari untuk bermain film di Jakarta, Carli lebih memilih untuk pulang ke Indramayu dan fokus menjadi pencipta lagu tarling.

Wanita yang dinikahi Carli pada tahun 1984 ini menyebutkan, sang suami meniti karier sebagai pencipta lagu tarling.

Dia selalu membuat lagu tengah malam.

Tak jarang, Carli suka marah bila anak menangis atau berisik karena dirasa mengganggu konsentrasinya.

“Heh, aja nangis bae, bapae ora konsentrasi, kitae ora manjing manjing (inspirasi), gagean, dienteni ning Dian Record,” kata Dasini sambil menunjuk surat bukti pengiriman lagu tarling ke Dian Record di tahun 1987 dan juga 1996.

Karena keterbatasan biaya dan tidak mengenal istilah royalti, Carli pun menjual lagu-lagunya dengan cara yang unik.

Ia sering bersepeda puluhan kilometer ke Indramayu dan Cirebon untuk menawarkan lagunya kepada penyanyi.

Dasini menjelaskan bahwa Carli tidak pernah menetapkan harga tertentu untuk lagu-lagunya.

“Dia sendiri yang jual, bawa sepeda ke orangnya (penyanyi) terus dijual. Nih mau enggak lagu ini.”

“Kalau penyanyinya mau langsung dibayar. Tapi bapak tuh enggak keras, enggak selalu menekan (harga), harus segini, sedikasihnya,” kenang Dasini.

Pasalnya lagu ciptaanya dibayar dengan cara cicil seharga cabai.

Ada juga orang yang membayar lagu ciptaan Carli dengan beras.

“Heh, tuku lagu kaya tuku sabrang(cabai), terasi, dicicil. Saya anaknya banyak, masa bayarnya nyicil.”

“Nah, orang itu, enggak tahu sampai berapa nyicilnya, tiba-tiba hilang aja orangnya. Pernah juga lagunya dibayar pakai beras,” beber Dasini.

Lebih lanjut Dasini mengungkap, kepribadian Carli yang polos dan jujur justru kerap dimanfaatkan orang.

Carli kerap ditipu dan dijanjikan bohong oleh banyak orang.

Awalnya bilang kerja sama, minta bikin lagu, setelah dikasihkan, uangnya tak kunjung datang.

Setelah lagunya tenar, nama Carli sebagai penciptanya dicoret dari lagu tersebut.

Pasangan yang dikaruniai lima orang anak ini juga tidak mengenal royalti.

Keduanya hanya mengetahui lagu ciptaanya telah dijual dengan bayaran seadanya.

Kini Carli yang piawai mencipta lagu dengan bergitar, jatuh sakit sejak beberapa tahun lalu.

Usia yang senja membuat fisiknya melemah dan hanya bisa terbaring di kasur.

Untuk memenuhi kebutuhan harianya, Dasini yang tinggal bersama dua orang anaknya, menjadi tukang pijit rumahan dan paraji (tukang urut ibu melahirkan) di kampung-kampung.

Dari pendapatan tak pasti itu, Dasini memenuhi kebutuhan harian Carli dan juga anak-anaknya.

Ia menyiratkan harapannya di tengah kesulitan yang mereka hadapi.

“Saya berharap, hasil karya suami saya dihargai sebagaimana mestinya,” tutup Dasini.

Kejadian serupa lainnya, penyanyi Fanny Soegi menyindir mantan bandnya, Soegi Bornean karena urusan royalti lagu ‘Asmalibrasi’.

Fanny Soegi juga sekaligus bercerita bagaimana nasib dari pencipta lagu Asmalibrasi yang masih kesulitan keuangan.

Ia menyinggung soal pembayaran royalti lagu yang dinilainya tidak sesuai dan tidak transparan.

Diketahui, pencipta lagu Asmalibrasi adalah Fanny Soegi dan Dhimas Tirta Franata atau Dimec Tirta.

Fanny membeberkan jika kondisi Dimec Tirta yang pinjam uang demi bayar anak sekolah.

Bahkan dalam cuitannya, Fanny tak tanggung menyebut bahwa nominal royalti dari lagu tersebut bisa mencapai setengah miliar, namun tak dinikmati secara layak oleh penciptanya.

“Bayangin aja, lagu Asma (red Asmalibrasi) ini yang kalian denger di mana-mana, penciptanya sampai minjem uang untuk bayar sekolah anaknya,” kata Fanny Soegi, dikutip dari Tribunnews.com, Minggu (8/9/2024).

“Nominal dari royalti lagu ini nggak main-main, setengah Milyar lebih ada, tapi justru orang-orang yang nggak punya hak, dapat paling banyak dan nggak transparan,” tuturnya.

Tak sampai situ, Fanny kemudian menyebut bahwa ada pihak yang tak berhak menikmati royalti lagu namun dapat bagian yang lebih besar.

Ia juga menyebut bahwa orang-orang tersebut bisa hidup mewah dan berfoya-foya dari hasil royalti lagu Asmalibrasi.

“Orang-orang yang nggak berhak bisa beli dua mobil sekaligus, gitar mahal, foya-foya,” tutur Fanny.

“Sedangkan pencipta lagu Asma masih ngontrak di Jogja, mana atapnya jebol lagi,” lanjutnya.

Fanny menegaskan bahwa dirinya tidak mempermasalahkan soal besarnya nominal yang diberikan.

Namun ia sangat menyayangkan nurani dari para pengurus band lamanya yang tidak pedulikan pemilik karya.

“Bukan nominal yang ku garis bawahi, tapi nurani kalian,” ungkapnya.

“Band-band-an kok serakah, nggak keren blas,” sindir Fanny Soegi.

Leave a comment