Rencana Bangkok Bank untuk Bank Permata (BNLI) dan Peluang Naik Kelas ke KBMI IV
Bisnis.com, JAKARTA – Bangkok bank, sebagai pemegang saham pengendali PT Bank Permata Tbk., memiliki rencana bagi bisnis BNLI ke depan. Sebelumnya, belum lama ini perseroan juga telah mengumumkan logo terbaru yang memiliki kemiripan dengan Bangkok Bank.
Saat ditemui di Jakarta pada pekan lalu, Direktur Utama Bank Permata Meliza M. Rusli memberikan keterangan mengenai rencana lanjutan bank asal Thailand tersebut untuk perseroan.
Sebagai informasi, Bangkok Bank telah memenuhi syarat kepatuhan pemegang saham pengendali BNLI. Bank asal Thailand ini diketahui melakukan akuisisi kepemilikan BNLI pada Mei 2020 sesuai dengan aturan yang berlaku di Indonesia.
Baca Juga : Bank Permata (BNLI) Beri Sinyal Rilis Paylater, Kapan?
Pada Agustus 2024, Bangkok Bank telah melepas 3,47 miliar saham BNLI untuk memenuhi kewajiban pengalihan Kembali saham setelah penawaran penawaran tender wajib berdasarkan POJK No.9/POJK.04/2018 tentang Pengambilalihan Perusahaan Terbuka.
Dari aksi tersebut, kini Bangkok Bank mengenggam 89,12% saham Bank Permata, sedangkan sisanya sebesar 10,88% dimiliki oleh publik.
Meliza menyatakan Bangkok Bank menginginkan agar Bank Permata dapat menjadi penopang nasabah asal Indonesia, yang menjalankan bisnis di luar negeri dengan transaksi cross-border.
“Mereka [Bangkok Bank] itu ingin sekali supaya PermataBank ini digunakan untuk men-support nasabah-nasabah yang mempunyai bisnis di luar Indonesia. Jadi, itu adalah visi mereka dari dulu,” katanya, dikutip Minggu (13/10/2024).
Menurutnya, visi tersebut juga berangkat dari kinerja historis Bangkok Bank yang banyak menyokong ekspansi perusahaan asal Thailand ke luar negeri, terutama dengan membuka kantor cabang.
Bank Permata Tbk. – TradingView
Seiring dengan mulai banyak perusahaan Indonesia yang merambah pasar luar negeri, Meliza menyatakan Bank Permata dapat mengambil peran serupa.
Namun demikian, dia menggarisbawahi bahwa Bank Permata tetap menjadi bank lokal yang mengoperasikan bisnisnya sesuai kearifan dan regulasi yang diterapkan di Tanah Air.
“Kami ingin kearifan lokal yang kami miliki di PermataBank ini justru untuk dapat memperkaya nasabah-nasabah kami yang berada di luar Indonesia maupun yang ada di Indonesia agar bisa mengembangkan bisnis mereka,” sambungnya.
Dia melanjutkan, hingga saat ini, pangsa pasar Bank Permata masih didominasi oleh nasabah non-individual atau korporasi dengan porsi melampaui 60%. Segmen ini juga terbagi dalam berbagai kelas, yakni kecil, menengah, hingga korporasi besar.
Baca Juga : Usai Ganti Logo, Bank Permata (BNLI) Luncurkan Tampilan Anyar Mobile Banking
Sementara itu, sekitar 32% di antaranya merupakan segmen nasabah individual. Dengan branding yang kian dekat dengan Bangkok Bank, dirinya berharap agar Bank Permata dapat pula dikenal melayani semua segmen.
“Kami berharap sebenarnya branding ini lebih untuk menunjukkan bahwa PermataBank ini melayani semua segmen, tidak terbatas hanya korporasi atau hanya perusahaan saja,” pungkas Meliza.
Adapun, logo Bank Permata kini berupa bunga lotus yang identik dengan Bangkok Bank. Peluncuran logo baru ini diumumkan pada 27 September 2024.
Manajemen menyatakan bahwa logo anyar itu merupakan bagian dari penyelarasan strategi dan bisnis dengan tujuan untuk menciptakan citra yang kohesif, terpadu, dan sepadan dengan Bangkok Bank sebagai pemegang saham pengendali.
Peluang Menuju Kelas Teratas KBMI IV
Tak hanya itu, Meliza juga buka suara perihal peluang naik kelas ke Kelompok Bank berdasarkan Modal Inti (KBMI) 4 alias bank jumbo. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sempat menyinggung peluang PermataBank untuk meningkatkan permodalan menuju KBMI 4 belum lama ini.
Meliza menyampaikan bahwa perseroan terus menunjukkan pertumbuhan positif dalam kinerjanya selama beberapa tahun terakhir. “Ini mungkin yang akan kami terus pertahankan, pertumbuhan yang lebih sustainable,” katanya.
Meliza melanjutkan, tingkat permodalan Bank Permata hingga saat ini berkisar pada angka Rp50 triliun, sementara KBMI 4 mengklasifikasikan bank dengan modal inti di atas Rp70 triliun.
Menurutnya, selisih sekitar Rp20 triliun tersebut dapat dikejar dengan memacu pertumbuhan profitabilitas PermataBank ke depan. “Kami juga melihat dari kondisi perekonomian, tentunya pertumbuhan kami ini sangat erat kaitannya dengan makroekonomi,” imbuhnya.
Meliza lantas menyinggung target pertumbuhan ekonomi sebesar 8% yang dicanangkan oleh pemerintahan baru. Dia berpendapat, apabila industri perbankan dapat pula bertumbuh sebagaimana target tersebut, maka Bank Permata akan dapat mencapai KBMI 4 dalam 5—8 tahun mendatang.
“Misalnya kita bisa tumbuh seperti itu, tentu kita bisa mencapai [KBMI 4] dalam waktu 5 sampai 8 tahun. Tentu bisa juga lebih cepat, bisa juga lebih lama, tergantung dari perekonomian,” tutur dia.
Kendati demikian, Meliza berharap agar pihaknya dapat bertransformasi menjadi bank jumbo dalam jangka waktu lebih cepat. Dia menyadari bahwa hal tersebut bergantung pada kerja keras seluruh bagian Bank Permata.