Informasi Terpercaya Masa Kini

Tuah Rudal Iskander di Poltava dan Dampaknya ke Ukraina

0 12

TRIBUNNEWS.COM, POLTAVA – Pasukan udara Rusia pada Selasa 3 September 2024 menggelar serangan presisi dengan target pusat militer Ukraina dan para instruktur asing di dalamnya.

Pusat training itu berlokasi di Poltava, Ukraina bagian Tengah. Sebagian besar tenaga ahli militer atau instruktur asing berasal dari Swedia.

Pernyataan resmi militer Ukraina menyebutkan sekira 40an orang tewas, puluhan lainnya luka-luka.

Sumber di lapangan dikutip berbagai sumber menyebut jumlah korban tewas bisa tiga kali lipatnya.

Sebagian kecil foto yang beredar di media sosial memperlihatkan kerusakan hebat di lokasi bangunan yang terkena rudal.

Bangunan besar bertingkat enam itu luluhlantak di sebagian besar bloknya. Dua rudal balistik Iskander menghantam gedung yang jadi pusat pelatihan militer di Ukraina.

Baca juga: Video Zelensky Murka Besar, Kota Poltava Dihantam Rudal Balistik Rusia, Sirine Terus Menyala

Baca juga: Zelensky: Lanjutkan Operasi Kursk, Putin: Ukraina Gagal Total

Volodymir Zelensky hanya menyebut target pengeboman Rusia itu infratstrukur pendidikan dan berada dekat fasilitas rumah sakit Poltava.

Militer Swedia mengirimkan tenaga ahlinya terkait pelatihan pengoperasian pesawat intai dan komunikasi elektronik ASC 890 yang akan disumbangkan Swedia ke Ukraina.

Pesawat itu memiliki radar bergerak, seperti halnya pesawat AWACS yang umumnya dioperasikan negara-negara NATO, terutama Amerika Serikat.

Selain Swedia, hantaman rudal Iskander itu diyakini menewaskan banyak instruktur asing dari Prancis, Jerman, dan Amerika Serikat.

Sesudah kejadian ini, ada sejumlah pesawat medis atau ambulan dari Jerman dan Swedia, terpantau terbang ke Polandia.

Banyak yang meyakini, evakuasi korban personal militer asing sedang berlangsung dari Poltava Ukraina via Polandia.

Apa yang terjadi sesungguhnya? Benarkah pasukan asing, terutama NATO, benar-benar terlibat dalam perang Ukraina? Apa dampak peristiwa ini bagi Ukraina, Rusia, dan NATO?

Pukulan mengejutkan datang lagi pada Rabu 4 September 2024. Dmitri Kuleba, Menteri Luar Negeri Ukraina dikabarkan mengundurkan diri dari jabatannya.

Alasannya apa, belum diketahui persis. Namun pengunduran Kuleba ini memperlihatkan semakin rapuhnya kekuasaan Volodymir Zelenksy di Kiev.

Zelensky sebelumnya telah memecat Kepala Staf Angkatan Udara Ukraina, Jenderal Nikolay Oleshchuk menyusul rontoknya sebuah jet tempur F-16 Ukraina pada 26 Agustus 2024.

Hal menarik dari peristiwa Poltava adalah mengenai kehadiran orang-orang Swedia di pusat pelatihan itu, serta banyaknya di antara mereka yang tewas akibat hantaman rudal Iskander.

Kementerian Pertahanan Rusia awalnya tidak mengomentari serangan tersebut, mereka akhirnya mengonfirmasi serangan ke target Poltava.

Pernyataan di kanal Telegram Kementerian Pertahanan Rusia mengakui telah dilakukan serangan presisi tinggi terhadap Pusat Pelatihan Gabungan ke-179 Angkatan Bersenjata Ukraina di kota Poltava pada 3 September 2024.

Para instruktur asing telah mempersiapkan spesialis dalam komunikasi dan peperangan elektronik di fasilitas tersebut.

Kekuatan asing itu juga sedang melatih para operator kendaraan udara tak berawak yang berpartisipasi dalam serangan terhadap sasaran sipil di wilayah Federasi Rusia.

Gubernur Wilayah Kherson Vladimir Saldo juga mengklaim dalam sebuah wawancara dengan RIA Novosti, pusat pelatihan tersebut secara efektif berfungsi sebagai pangkalan bagi instruktur NATO.

Pemimpin Ukraina Vladimir Zelensky telah menggunakan serangan terhadap pusat militer tersebut untuk menuntut lebih banyak sistem pertahanan udara dari para pendukung baratnya.

Media Amerika Serikat, New York Times, mengklaim serangan itu merupakan pukulan hebat yang semakin melemahkan semangat pasukan Ukraina.

Ini hantaman dahsyat baru mengingat pasukan Kiev telah mengalami kemunduran tak henti-hentinya di sepanjang garis depan utama di Donbass.

Serangan presisi Rusia itu secara teknis tidak hanya meremukkan infratsruktur militer Ukraina dan menetralkan banyak tentara Kiev.

Lebih dari itu yang efeknya bisa sangat serius adalah jejak dan bukti kehadiran orang-orang asing, spesifiknya personal militer Swedia di tempat itu.

Pemerintah di Stockholm berencana mengirimkan pesawat intai canggih ke Ukraina jika pelatihan dianggap cukup dan personal militer Ukraina sudah siap mengoperasikannya.

Ini program pelatihan militer diam-diam yang dilakukan anggota NATO ini, dan menggunakan kedok kontraktor militer swasta.

Kematian para pelatih dari Swedia ini mau tidak mau akan berefek pada kelanjutan program dan realisasi bantuan militer ke Ukraina berupa pesawat komunikasi modern ASC 890.

Bagi Ukraina, ini pukulan telak. Selain kehilangan personal terlatih, sudah pasti akan menghambat rencana-rencana operasi yang sudah disusun.

Bagi Rusia, keberhasilan serangan menggunakan rudal Iskander ini memberi dua pesan sekaligus. Secara internal semakin meningkatkan semangat dan kapabilitas tempur pasukan Rusia.

Kedua, Moskow memberi pesan terang benderang, misi-misi kekuatan asing, tentara bayaran asing, kontraktor militer NATO dan kekuatan barat lainnya di medan perang Ukraina adalah sasaran empuk.

Kerawanan semakin meningkat manakala Ukraina terus membuat manuver-manuver baru, dan barat memasok aneka peralatan tempur terbaru yang makin canggih.

Informasi terkini, Amerika Serikat mempertimbangkan pengiriman rudal-rudal jarak jauh, yang artinya serangan terhadap target di dalam wilayah Rusia semakin intensif dan berbahaya.

Operasi Kursk yang dilancarkan Ukraina, dan merupakan ide Zelensky dan Jenderal Syrsky guna mengubah arah perang, telah menemui kegagalan.

Moskow memukul mundur pasukan Ukraina mereka sambil menyerang target-target belakang dan pasukan cadangan di wilayah Sumy di perbatasan Ukraina-Rusia.

Kemajuan Ukraina praktis telah terhenti, dengan situasi yang secara efektif berubah menjadi pertempuran yang akan datang tanpa garis depan yang jelas.

Ribuan tentara Ukraina dan petempur asing, dari Georgia, Polandia, Lithuania, Kolombia, Inggris dan Amerika, telah ditewaskan atau tertangkap atau menyerah.

Tidak dapat maju di wilayah Kursk Rusia, pasukan Ukraina di berbagai front gagal menahan laju pasukan Rusia di Donbass.

Sementara di saat-saat sulit bagi Ukraina ini, Washington masih memfokuskan kekuatan mereka di Timur Tengah, melindungi kepentingan Israel yang terlibat dalam lima front konflik sekaligus.

Ini berbeda dengan Presiden Vadimir Putin, yang justru di momen-momen genting ini, terbang ke Mongolia dan Vladivostok di timur jauh Rusia.

Putin menggalang kekuatan, melebarkan pengaruh, menuju KTT BRICS Plus yang akan digelar di Kota Kazan Rusia, bulan depan.

Apa yang terus terjadi di Ukraina ini adalah gambaran betapa konflik dan peperangan akan terus dipertahankan oleh pihak barat, dengan cara apapun.

Uni Eropa bergeming, tidak menyurutkan tanda-tanda menyokong penyelesaian damai di Ukraina. Demikian pula NATO, terus memompa senjata guna memerangi Rusia.

Rezim Kiev kian hari kian suram prospeknya. Menteri Luar Negeri Dimitri Kuleba adalah tokoh sentral yang menjalankan diplomasi permusuhan melawan Rusia selama beberapa tahun terakhir.

Dia adalah ujung tombak Ukraina di level internasional.  Kuleba tidak sendirian, karena Menteri Industri Strategis Oleksandr Kamyshin dan Menteri Kehakiman Denys Maliuska juga mundur.

Begitu pula Wakil Perdana Menteri Iryna Vereshchuk, Wakil Perdana Menteri Olha Stefanishyna, Menteri Lingkungan Hidup Ruslan Strilets, telah keluar dari pemerintahan Zelensky.

Pengunduran diri mereka adalah turbulensi politik elite, dan bisa jadi lonceng kematian bagi Volodymir Zelensky.(Tribunnews.com/Setya Krisna Sumarga)

Leave a comment