Terungkap Mayoritas Warga Israel Malah Sebut Taktik Netanyahu Lawan Hizbullah Sangat Buruk
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Tiga perempat warga Israel percaya bahwa pemerintahan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengelola konflik dengan Hizbullah Lebanon dengan “sangat buruk,” Anadolu Agency melaporkan.
Survei yang dilakukan Channel 12 Israel dan dirilis pada Jumat (22/8/2024) malam lalu, mengindikasikan ketidakpuasan yang meluas terhadap penanganan konflik oleh Netanyahu dan juga kecurigaan atas motifnya dalam menangani masalah penyanderaan.
Menurut hasil survei tersebut, 75 persen warga Israel menilai bahwa manajemen pemerintah atas konflik di Israel utara dengan Hizbullah “sangat buruk”.
Sebaliknya, hanya 18 persen responden yang percaya bahwa pemerintah menangani perang tersebut dengan “baik,” sementara 7 persen mengatakan mereka “tidak tahu.”
Kekhawatiran akan terjadinya perang penuh antara Israel dan Hizbullah telah meningkat di tengah-tengah pertukaran serangan lintas batas, terutama setelah pembunuhan komandan senior Hizbullah Fuad Shukr pada 30 Juli di Beirut.
Kelompok Hizbullah Lebanon mengumumkan pada Ahad (25/8/2024) bahwa mereka telah meluncurkan 320 roket jauh ke dalam wilayah Israel sebagai bagian dari tahap pertama respons terhadap pembunuhan pemimpinnya, Fuad Shukur, oleh Tel Aviv.
“Tahap pertama dari respons kami terhadap pembunuhan Shukur telah berhasil diselesaikan,” kata Hizbullah dalam sebuah pernyataan.
Pengumuman ini muncul tak lama setelah tentara Israel menyerang Lebanon selatan dengan serangan udara skala besar yang mereka sebut sebagai “serangan pencegahan,” dengan klaim bahwa mereka berhasil mencegah Hizbullah meluncurkan serangan.
Kelompok itu menjelaskan bahwa fase awal melibatkan penargetan barak-barak dan lokasi-lokasi Israel untuk memfasilitasi lewatnya drone-drone penyerbu menuju sasaran yang dituju di dalam wilayah entitas Israel.
“Drone-drone ini telah berhasil mencapai tujuan mereka sesuai rencana,” ungkapnya.
Laporan itu juga mencatat jumlah roket Katyusha yang diluncurkan sejauh ini telah melampaui 320 dan menyerang posisi musuh.
Hizbullah menyatakan…
Hizbullah menyatakan bahwa 11 lokasi militer Israel menjadi sasaran, termasuk pangkalan Meron, Zaatoun, Al-Sahl, Nafah, Yarden, dan Ein Zeitim, serta kamp Kela, UF, Ramot Naftali, Neve Ziv, dan Zarura, semuanya berlokasi di Israel utara.
Kelompok tersebut juga mengeklaim bahwa serangan drone itu bersamaan dengan serangan terhadap beberapa situs militer Israel, barak, dan sistem pertahanan rudal Iron Dome di wilayah utara Palestina yang diduduki dengan sejumlah besar roket.
“Kami baru-baru ini mendeteksi persiapan Hizbullah untuk meluncurkan roket dan rudal ke arah Israel. Oleh karena itu, kami menyerang untuk menghilangkan ancaman tersebut,” kata tentara Israel.
Otoritas Israel menghentikan semua penerbangan ke dan dari Bandara Internasional Ben Gurion dekat Tel Aviv pada Ahad.
Menurut koresponden Anadolu, jet tempur Israel secara bersamaan melancarkan lebih dari 40 serangan udara di 17 wilayah dan kota di Lebanon selatan. Saksi juga melaporkan peluncuran puluhan roket dan serangan drone dari wilayah Lebanon menuju Israel.
Media Israel, termasuk Channel 12, melaporkan bahwa sirene serangan udara berbunyi di beberapa kota di Israel utara.
Di lokasi terpisah, harian Amerika Serikat, The Washington Post, melaporkan Netanyahu dikabarkan khawatir dengan kemungkinan serangan balasan dari Iran dan kelompok perlawanan Lebanon, Hizbullah, jika perundingan tak langsung soal gencatan senjata dengan kelompok Hamas di Palestina tidak membuahkan hasil.
Mengutip seorang sumber yang meminta namanya dirahasiakan, melaporkan bahwa Netanyahu berada di bawah tekanan untuk mencapai kesepakatan tersebut yang akan membuka jalan bagi pembebasan orang-orang Israel yang masih disandera di Jalur Gaza.
Sejak 8 Oktober 2023, Hizbullah Lebanon telah terlibat dalam baku tembak harian dengan tentara Israel di sepanjang Garis Biru yang mengakibatkan ratusan korban dan sebagian besar di pihak Lebanon.
Peningkatan ketegangan terjadi di tengah perang Gaza, di mana Israel telah membunuh lebih dari 40.300 warga Palestina sejak serangan Hamas pada 7 Oktober 2023.
Kampanye militer itu telah menghancurkan sebagian besar wilayah Gaza, menyebabkan sebagian besar warga Palestina kehilangan tempat tinggal, kelaparan dan rentan terhadap penyakit.
Ragam Faksi Militer di Palestina – (Republika)