Rotasi Bumi Melambat dan Hari-hari Semakin Panjang, Apa Penyebabnya?
KOMPAS.com – Penelitian baru yang menggunakan Artificial Intelligence (AI) untuk memantau efek perubahan iklim pada rotasi Bumi menemukan, hari-hari di planet ini semakin panjang.
Bumi juga diperkirakan akan semakin goyah di masa depan. Hal tersebut dapat memiliki implikasi besar bagi masa depan umat manusia, dikutip dari Live Science.
Para peneliti mengatakan, perubahan itu awalnya tidak akan terlihat oleh manusia, tapi bisa menimbulkan efek yang serius, termasuk memaksa kita untuk memperkenalkan detik kabisat negatif.
Detik kabisat merupakan penyisipan satu detik ke dalam kalender. Hal ini juga pernah dilakukan pada tahun 1972 untuk menyesuaikan jam atom dan rotasi Bumi.
Baca juga: Sempat Dikabarkan Akan Tabrak Bumi di 2029, Apa Itu Asteroid Berbahaya Apophis 99942?
Sementara itu, detik kabisat negatif merupakan pengurangan detik dalam kalender. Artinya, jam kita melompati satu detik dan maju dari 23.59.58 langsung ke 00.00.00.
Satu hari di Bumi berlangsung sekitar 86.400 detik. Namun, waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan satu kali rotasi bisa bergeser sepersekian milidetik setiap tahunnya
Hal itu disebabkan oleh sejumlah faktor, seperti pergerakan lempeng tektonik, perubahan rotasi inti Bumi, dan tarikan gravitasi dari Bulan.
Kendati demikian, perubahan iklim yang disebabkan oleh manusia merupakan faktor lain yang dapat mengubah panjang hari.
Ilmuwan pun baru saja menyadari bahwa hal ini akan memengaruhi perputaran planet kita di tahun-tahun mendatang.
Lantas, apa penyebab dari perubahan rotasi Bumi yang kian melambat?
Baca juga: Tak Hanya Melambat, Rotasi Inti Bumi Juga Disebut Bergerak Mundur, Apa Dampaknya?
Penyebab rotasi Bumi berubah menjadi lebih lama
Selama beberapa dekade terakhir, tingkat kehilangan es di wilayah kutub Bumi, terutama Greenland dan Antartika telah meningkat dengan cepat akibat pemanasan global.
Akibatnya, kondisi ini memicu kenaikan permukaan air laut.
Sebagian besar air ekstra tersebut terakumulasi di dekat khatulistiwa, sehingga menyebabkan Bumi sedikit menggembung di bagian tengahnya.
Pada gilirannya, kondisi itu memperlambat putaran planet lantaran lebih banyak berat yang didistribusikan jauh dari pusat planet.
Para peneliti menganalogikannya dengan pemain seluncur indah yang berputar melambat dengan menggerakkan lengan menjauh dari tubuh mereka.
Baca juga: NASA Akan Kirim Bintang Palsu ke Orbit Bumi, untuk Menyaingi Matahari?
Dalam studi baru yang dipublikasikan di Proceedings of the National Academy of Sciences (PNAS) pada Senin (15/7/2024), para peneliti menggunakan AI untuk melakukan penelitian tersebut.
Dengan program kecerdasan buatan, peneliti menggabungkan data dunia nyata dengan hukum fisika untuk memprediksi bagaimana putaran planet akan berubah dari waktu ke waktu.
Hasil studi tersebut mendukung penelitian serupa yang diterbitkan pada Maret 2024, yang menunjukkan bahwa hari-hari di Bumi akan semakin panjang di masa depan.
Namun, program baru ini memberikan perkiraan yang jauh lebih tepat tentang bagaimana hari akan bertambah panjang dari waktu ke waktu.
Baca juga: Mengenal Teori Bumi Berlubang dan Agartha, Inspirasi Serial Joko Anwars Nightmares and Daydreams
Perubahan iklim turut gerakkan sumbu rotasi Bumi
Tim peneliti yang sama juga merilis penelitian lain yang diterbitkan pada 12 Juli 2024 di jurnal Nature Geoscience. Hasilnya, peningkatan air di dekat khatulistiwa menggerakkan sumbu rotasi Bumi.
Hal ini membuat kutub magnet bergoyang lebih jauh dari porosnya setiap tahun.
Para ilmuwan sebelumnya menemukan, efek ini kemungkinan besar telah terjadi setidaknya selama tiga dekade terakhir.
Namun, studi baru yang diterbitkan dalam PNAS tersebut menunjukkan, sumbu akan bergerak lebih jauh dari posisinya saat ini daripada yang diprediksi oleh studi sebelumnya.
“Kita manusia memiliki dampak yang lebih besar terhadap planet kita daripada yang kita sadari,” kata Benedikt Soja, ahli geodesi di ETH Zurich, Swiss, yang juga merupakan salah satu penulis dalam kedua studi baru tersebut.
Baca juga: Berapa Usia Setiap Planet di Tata Surya? Bumi Termasuk yang Termuda
Rotasi Bumi berputar lebih lambat
Diketahui, Bumi memiliki hari-hari yang bervariasi.
Sekitar 1 miliar tahun yang lalu, Bumi mungkin hanya membutuhkan waktu 19 jam untuk menyelesaikan satu kali rotasi, sebelum melambat menjadi 24 jam seperti saat ini.
Selain itu, rotasi Bumi juga pernah berubah dalam rentang waktu yang lebih pendek. Sebagai contoh, pada 2020, Bumi berputar lebih cepat daripada titik mana pun sejak pencatatan dimulai pada 1960.
Kemudian pada 2021, rotasi Bumi mulai melambat lagi meskipun kita mengalami hari terpendek yang pernah tercatat pada Juni 2022.
Namun secara umum, rotasi Bumi telah melambat selama ribuan tahun.
Baca juga: Inti Bumi Ternyata Bergerak Melambat Sejak 2010, Ini Penyebabnya
Penyebabnya karena proses yang dikenal sebagai gesekan pasang surut Bulan, di mana efek gravitasi Bulan di lautan menarik air menjauh dari kutub.
Saat ini, efek ini memperpanjang hari-hari kita sekitar 2,3 milidetik setiap abad.
Studi baru menunjukkan, perubahan iklim saat ini memperpanjang hari di Bumi sekitar 1,3 milidetik setiap abad.
Akan tetapi, berdasarkan model suhu global saat ini, para peneliti memprediksi bahwa hal ini dapat meningkat menjadi 2,6 milidetik per abad pada akhir abad ke-21.
Kondisi ini nantinya akan menjadikan perubahan iklim sebagai pengaruh terbesar pada perputaran Bumi.
Baca juga: Bumi Disebut sebagai Salah Satu Planet Terestrial, Apa Itu?