Informasi Terpercaya Masa Kini

Keracunan Ikan Buntal, Dosen Unair: Perlu Keahlian Khusus untuk Mengolah

0 5

KOMPAS.com – Satu keluarga di Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB) mengalami keracunan ikan buntal.

Dalam tragedi ini satu orang meninggal dan tiga orang mendapatkan perawatan intensif. Terkait peristiwa keracunan ikan buntal ini, dosen pengolahan hasil perikanan FPK Unair (Universitas Airlangga) Eka Saputra memberikan tanggapannya.

Eka mengatakan, kasus keracunan ikan buntal merupakan salah satu kasus keracunan hasil perikanan yang berbahaya.

Dalam kondisi yang parah, keracunan ikan ini dapat menyebabkan kematian pada korbannya. Karena itu, diperlukan pengolahan yang tepat untuk menghindari risiko keracunan ikan buntal.

Baca juga: Fakultas Farmasi Universitas Pancasila Gelar Bedah Buku, Angkat Manfaat Albumin Ikan Gabus

Kandungan racun ikan buntal

Ikan buntal mengandung racun tetrodotoxin (TTX), yang merupakan salah satu racun paling berbahaya.

Racun ini terletak pada organ hati, ovarium, usus, dan kulit ikan buntal. Namun, dalam beberapa kasus, daging ikan buntal juga dapat mengandung tetrodotoxin jika pengolahannya tidak benar.

“Gejala awal yang muncul biasanya ditandai dengan mati rasa pada bibir dalam 20 menit hingga 3 jam setelah konsumsi. Dilanjutkan dengan mual, muntah, serta dapat terjadi kelumpuhan otot. Efek kelumpuhan otot dapat menyebabkan kesulitan bernafas hingga penurunan tekanan darah yang dapat berakibat fatal,” terang Eka Saputra seperti dikutip dari laman Unair, Kamis (2/1/2025).

Baca juga: Pengabdian Masyarakat UBM Dukung UMKM Penjual Ikan Asin lewat Penguatan Nilai Tambah

Cara pengolahan ikan buntal

Menurut Eka Saputra, dalam mengolah ikan buntal, diperlukan keahlian khusus agar ikan dapat dikonsumsi secara aman.

Hal ini karena karakteristik racun tetrodotoxin yang tidak dapat dihancurkan oleh panas atau proses memasak biasa.

Perlu keterampilan serta sertifikasi khusus agar dapat mengolah ikan buntal seperti di Jepang. Eka Saputra menambahkan, para praktisi pengolah ikan buntal diajarkan mengidentifikasi bagian yang beracun dan menghindari kontaminasi silang.

“Kesalahan kecil dapat menyebabkan perpindahan racun dari organ ke daging ikan. Lalu terdapat izin khusus yaitu hanya restoran atau fasilitas yang memiliki izin khusus yang boleh menyajikan ikan buntal,” ungkapnya.

Manfaat gizi di dalam ikan buntal

Dibalik bahaya racun di dalamnya, ikan buntal memiliki kandungan gizi yang cukup baik. Di antaranya mengandung protein yang cukup tinggi, kandungan lemak yang rendah.

Sehingga cocok untuk kesehatan jantung. Selain itu terdapat kandungan vitamin dan mineral sebagai komponen gizi.

Eka Saputra menjelaskan, manfaat ini hanya dapat diperoleh jika ikan buntal diolah oleh ahli bersertifikat.

“Risiko tetap tinggi jika proses pengolahannya kurang benar, oleh karena itu di Jepang, konsumsi ikan buntal lebih dari sekadar makan. Ini adalah tradisi yang menggabungkan apresiasi rasa, keahlian kuliner, dan keberanian yang terkontrol,” imbuh dia.

Eka menegaskan pertama kali yang harus diketahui masyarakat adalah mengetahui karakteristik bahan baku produk perikanan.

Baca juga: Cek Prospek Kerja Lulusan SMK Jurusan Nautika dan Kapal Penangkap Ikan

Dengan mengetahui karakteristik maka akan mudah diketahui cara proses pengolahan yang benar sehingga sewaktu menjadi produk yang siap untuk dikonsumsi lebih aman dan terjamin.

“Untuk menghindari risiko keracunan, maka masyarakat perlu paham bahwa konsumsi produk perikanan yang berisiko perlu adanya pengolahan dari ahli. Meskipun memiliki manfaat yang baik bagi tubuh bila pengolahannya kurang tepat dapat membahayakan,” tambahnya.

Leave a comment