Informasi Terpercaya Masa Kini

10 Kata-kata Sederhana yang Bisa Membuat Mental Anak Kuat Menurut Psikoterapis

0 6

Setiap orang tua pasti ingin anak-anaknya tumbuh dengan bahagia dan memiliki potensi yang besar. Namun, tidak peduli berapa pun cerdasnya anak, mereka akan sulit mencapai tujuan tersebut jika tidak kuat secara mental.

Meningkatkan kekuatan mental anak bukan tentang menyuruh mereka untuk tekun belajar. Hal ini tentang membekali mereka dengan keterampilan untuk mengatasi berbagai tantangan, mengelola emosi, serta percaya pada diri sendiri.

Dilansir dari laman CNN Health, para ahli mengungkap fakta bahwa masalah kesehatan mental di kalangan anak-anak dan remaja telah meroket dalam beberapa tahun terakhir. Mereka cenderung mengalami kecemasan hingga depresi.

“Saya akan mengatakan bahwa selama 10 tahun terakhir, sejak saya berpraktik sebagai dokter anak umum, saya telah melihat perubahan baik dalam jumlah pasien maupun dari segala usia yang menghadapi kecemasan dan depresi. Dan orang tua mereka mengkhawatirkan hal ini adalah masalah trauma,” ujar Dr. Katherine Williamson, seorang dokter anak dan juru bicara American Academy of Pediatrics.

“Bahkan sebelum pandemi, kami melihat meroketnya jumlah anak-anak dan remaja yang berurusan dengan masalah kesehatan mental, dan itu telah meningkat secara eksponensial sejak pandemi,” lanjutnya.

Untuk memperkuat kekuatan mental anak, Bunda bisa melakukan berbagai hal yang sederhana. Salah satunya adalah dengan mengucapkan beberapa kata yang mampu memicu kecerdasan emosional serta keterampilan dalam memecahkan masalah.

Baca Juga : 5 Perilaku Orang Tua yang Pengaruhi Kesehatan Mental AnakKata-kata sederhana untuk memperkuat mental anak

Dikutip dari laman CNBC Make It, psikoterapis Amy Morin membagikan beberapa kata-kata sederhana yang bisa memperkuat mental anak. Berikut ini Bubun bantu rangkumkan deretannya:

1. “Apa yang akan kamu katakan kepada temanmu yang punya masalah tersebut?”

Seorang anak yang merasa kesal kemungkinan besar akan terlibat dalam pembicaraan diri yang negatif. Ketika anak mengatakan hal seperti, “Aku tidak akan pernah lulus ujian matematika”, Bunda mungkin akan tergoda untuk meyakinkan mereka.

Namun, ketika Bunda melakukan hal ini, mereka akan belajar bergantung pada orang tuanya untuk mengubah pemikiran negatif mereka.

Bunda bisa mengajari anak untuk mengubah pemikiran mereka sendiri dengan mengatakan, “Apa yang akan kamu katakan jika temanmu merasakan hal yang sama?”. Ketika mereka mempertimbangkan bagaimana mereka menghibur teman dengan kata-kata yang baik, perspektif mereka akan berubah sehingga mereka belajar berbicara pada diri sendiri.

2. “Masuk akal kalau kamu merasa seperti itu”

Kalimat ini mengartikan bahwa Bunda memvalidasi perasaan mereka. Ketika Bunda mengakui dan berempati dengan perasaan Si Kecil, mereka akan merasa diperhatikan dan dipahami.

Mereka tidak khawatir atas kesalahan karena merasakan hal tertentu. Memvalidasi perasaannya juga membangun kepercayaan dan membuat anak merasa lebih terbuka untuk membagikan berbagai kesulitannya dengan Bunda.

3. “Boleh merasa kesal, tapi tidak boleh melakukan tindakan ini”

Penting bagi anak-anak untuk mengetahui perbedaan antara perasaan dan perilaku. Ungkapan ini akan memvalidasi emosi anak saat itu sekaligus menetapkan batasan seputar perilaku.

Hal ini menunjukkan kepada anak bahwa perasaan seperti marah atau sedih adalah hal yang normal. Namun, mereka tidak boleh mengganggu atau menyakiti orang lain.

Hal tersebut merupakan kesempatan Bunda mengajari mereka cara alternatif untuk mengatasi emosi tersebut. Misalnya dengan menarik napas dalam-dalam atau membicarakan perasaan anak.

4. “Mari kita selesaikan masalah ini bersama-sama”

Ketika anak merasa frustrasi atau kesulitan, reaksi alami Bunda mungkin adalah akan langsung memperbaiki keadaan. Namun, penting bagi anak-anak untuk mempelajari keterampilan pemecahan masalah.

Ketika Bunda menawarkan untuk mengatasi suatu masalah bersama-sama, Bunda akan meyakinkan mereka bahwa mereka tidak harus melalui kesulitan sendirian. Mereka akan mendapat manfaat dari melihat banyaknya cara untuk memecahkan masalah yang sama dan mendapatkan kepercayaan diri pada kemampuan mereka untuk membuat keputusan yang baik.

5. “Bunda harap kamu bangga pada diri sendiri karena telah bekerja keras”Ilustrasi/Foto: Getty Images/Erdark

Mengakui upaya dan bukan hasil akan mengajarkan anak-anak untuk menghargai ketekunan dibandingkan kesempurnaan. Jika Bunda hanya memuji mereka karena mendapat nilai tinggi, mereka mungkin menganggap nilai di rapor lebih penting daripada kejujuran atau integritas.

Saat Bunda menggunakan frasa ini, Bunda akan menunjukkan kepada mereka bahwa mereka bisa bangga pada diri sendiri tanpa selalu mencari validasi eksternal. Ketika anak-anak merasa senang dengan usaha, mereka akan belajar motivasi diri dan ketahanan dalam menghadapi kekalahan.

6. “Dalam hal apa kamu cukup berani untuk gagal?”

Biasanya kegagalan dilihat sebagai sesuatu yang perlu ditakuti. Namun, anak-anak yang tangguh memahami bahwa ini adalah bagian dari proses pertumbuhan.

Berbicara secara terbuka tentang kegagalan akan mendorong anak-anak untuk mencoba hal-hal baru, keluar dari zona nyaman, dan membangun kepercayaan diri dalam upaya mereka, apapun hasilnya.

7. “Apa yang bisa dipelajari dari hal ini?”

Ketika ada sesuatu yang tidak beres, mudah bagi anak untuk memikirkan hal-hal negatif. Frasa ini akan mengalihkan fokus ke pertumbuhan dan pembelajaran.

Hal ini mengajarkan mereka untuk melihat kegagalan sebagai peluang untuk perbaikan dan membantu mereka mengembangkan pola pikir rasa ingin tahu daripada mengkritik dirinya sendiri.

8. “Apakah kamu perlu menyelesaikan masalah atau mengatasi perasaan terhadap masalah tersebut?”

Pertanyaan ini akan memperkenalkan perbedaan penting antara tantangan eksternal dan reaksi internal. Misalnya anak merasa cemas terhadap soal matematika yang sulit sehingga ingin melewatkan mengerjakan lembar kerja. Membiarkan akan menghindari matematika mungkin akan mengurangi kecemasan saat ini, namun akan menyebabkan masalah jangka panjang.

Akan lebih baik jika membantu mereka menyadari bahwa mereka khawatir jika masalahnya salah. Dan mereka bisa mengatasi perasaan tersebut daripada menghindari masalah.

Mengajari anak-anak untuk mengidentifikasi apakah masalahnya terletak pada situasi atau perasaan mereka akan memberi mereka kendali yang lebih baik atas respons mereka. Hal ini juga membantu mereka mengenali kapan harus mengubah pola pikir dan keadaan mereka.

9. “Apa bukti dari pemikiran itu?”

Anak-anak sering kali berpikir secara mutlak, “aku tidak pintar” atau “tidak ada yang menyukaiku”. Pertanyaan ini bisa membantu mereka menantang dan mengubah keyakinan tersebut dengan fokus pada pengecualian.

Anak akan ingat bahwa ada kalanya pemikiran tersebut tidak benar dan membangun perspektif yang lebih fleksibel serta realistis tentang diri mereka sendiri dan dunia.

10. “Mari kita bicara tentang apa yang harus kita syukuri hari ini”

Rasa syukur adalah alat yang terbukti untuk meningkatkan kesejahteraan. Dengan mengubahnya menjadi kebiasaan sehari-hari, Bunda mengajari anak-anak untuk fokus pada hal-hal positif dalam hidup mereka bahkan di masa-masa sulit.

Rasa syukur akan mengajarkan anak-anak bahwa mereka berkecukupan. Hal ini membantu Si Kecil membangun ketahanan emosional dan melengkapi mereka untuk mencari hal-hal baik di dunia.

Demikian informasi tentang kata-kata sederhana agar mental anak kuat, Bunda. Semoga bisa memberikan manfaat, ya.

Pilihan Redaksi

  • Bayi Suka Merengek? Ini Kalimat Terbaik Menenangkan Si Kecil Menurut Pakar
  • Hindari Ucapkan “Jangan” ke Anak, Ini 10 Kata Pengganti Terbaiknya
  • Jangan Sering Ucap “Berhenti Menangis” ke Anak, Ini Kata Pengganti Terbaiknya Menurut Pakar

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!

Leave a comment