6 Cara Cerdas agar Anak Dengar Ortu Tanpa Harus Tinggikan Suara
Pernahkah Bunda merasa lelah karena harus selalu meninggikan suara saat bicara dengan anak, apalagi Si Kecil tampak seolah-olah tidak mendengar saat dipanggil atau tidak melakukan sesuatu ketika diminta? Ada beberapa trik untuk mengatasi hal ini.
Kebiasaan bicara dengan nada tinggi atau bahkan berteriak pada anak bukan tanpa dampak lho, Bunda. Anak merupakan peniru ulung, sehingga hal-hal demikian sangat mungkin akan kembali dilakukan olehnya saat berbicara dengan orang lain.
Pahami terlebih dahulu apa saja yang sebenarnya menjadi penyebab anak tampak enggan mendengarkan ucapan orang tua. Ini bisa membuat saling memahami satu sama lain.
Apa saja kemungkinan penyebabnya?
Menurut praktisi pendidikan di Institute for Parenting, Doreen Miller, anak-anak sering merasa lelah karena banyaknya informasi yang mereka terima sepanjang hari.
“Akibatnya, mereka memutuskan untuk ‘mematikan’ pendengaran mereka, terutama ketika berada di rumah,” ungkap Miller, seperti dikutip dari Parents.
Baca Juga : 5 Kesalahan Orang Tua Bikin Anak Jadi Pemalu, Salah Satunya Overprotektif
Penyebab lainnya adalah karena anak sedang melakukan hal-hal yang disukainya. Rasa senang saat melakukan hobi ini kerap membuat anak tanpa sadar jadi abai terhadap situasi di sekitarnya.
Dampak berteriak saat bicara dengan anak
Suara dengan nada tinggi dan keras tidak membuat isi pesan yang disampaikan jadi lebih jelas. Berteriak justru rentan membuat anak sulit untuk peduli dan disiplin.
Penelitian terbaru dari jurnal Child Development menunjukkan bahwa cara bicara dengan berteriak membuat anak-anak tumbuh jadi lebih agresif, baik secara fisik atau pun verbal.
Berteriak secara umum, apa pun konteksnya, merupakan ekspresi kemarahan. Itu membuat anak-anak takut dan membuat mereka merasa tidak aman.
Di sisi lain, ketenangan yang ditunjukkan dengan nada bicara rendah lebih bersifat meyakinkan sehingga membuat anak-anak merasa dicintai dan diterima.
Dikutip dari Healthline, berteriak yang disertai hinaan verbal bahkan dapat digolongkan sebagai pelecehan emosional. Dalam jangka panjang ini terbukti memiliki dampak buruk seperti kecemasan, harga diri rendah, dan peningkatan agresi.
Anak-anak juga jadi lebih rentan terhadap perundungan karena pemahaman mereka tentang batasan yang sehat dan harga diri menjadi keliru.
Cara bicara dengan anak tanpa perlu meninggikan suara
Salah satu kunci untuk mendapatkan perhatian anak adalah dengan menyampaikan permintaan dengan cara yang tepat. Berikut beberapa tips yang bisa diterapkan agar anak mau mendengarkan dan memahami tanpa perlu Bunda meninggikan suara bicara:
1. Hindari menyampaikan informasi terlalu banyak
Anak-anak, terutama yang usianya masih muda, memiliki kapasitas terbatas dalam memproses informasi. Jika Bunda memberikan banyak instruksi sekaligus, misalnya seperti: ‘Matikan televisi, ganti baju, sikat gigi, dan cuci muka’, maka anak kemungkinan hanya akan bisa mengingat satu atau dua langkah pertama saja.
Sebagai gantinya, atur permintaan Bunda menjadi beberapa bagian yang lebih mudah dipahami. Misalnya, katakan terlebih dahulu agar Si Kecil mematikan televisi dan bersiap-siap tidur. Setelah itu, lanjutkan dengan mengatakan, ‘Sekarang waktunya menyikat gigi dan cuci muka’, kemudian ‘Ayo ganti piyama’.
Tetap bersabar mendampingi anak secara bertahap, tanpa perlu memberikan perintah terlalu banyak dan membuatnya jadi bingung, Bunda.
2. Sampaikan secara singkat dan jelas
Apabila Bunda menyampaikan sesuatu terlalu lama atau terlalu detail, anak justru jadi lebih mudah kehilangan fokus. Alih-alih menjelaskan terlalu panjang, atur informasi yang Bunda hendak sampaikan jadi lebih singkat dan jelas.
3. Perhatikan cara penyampaian
Anak-anak akan lebih mudah mendengarkan jika Bunda melibatkan lebih dari sekadar pendengaran mereka. Bunda bisa menggunakan pendekatan visual dan taktil juga untuk menarik perhatian Si Kecil.
“Sebagai contoh, pastikan Bunda melakukan kontak mata langsung saat berbicara dan letakkan tangan di bahu anak. Dengan cara ini, anak lebih fokus pada apa yang orang tua katakan,” ungkap Margret Nickels, PhD, dari Erikson Institute di Chicago.
4. Jangan mengulang-ulang kata yang samaIlustrasi/Foto: Getty Images/Hispanolistic
Bunda merasa lelah karena seperti mengulang-ulang kata-kata yang sama berulang kali? Cobalah untuk berhenti. Bisa jadi anak terbiasa menunggu sampai Bunda mengulang perintah lebih dari satu kali untuk mau benar-benar mendengarkan.
Bagi anak, ucapan yang diulang-ulang sangat mungkin untuk diabaikan. Anak cenderung akan lebih mendengarkan jika mereka memahami bahwa setiap tindakan memiliki konsekuensi yang jelas.
Berikan instruksi dengan jelas dan maksimal hanya dua kali saja, lalu pastikan untuk menegakkan konsekuensi jika mereka tidak mengikuti instruksi tersebut.
5. Ambil waktu menenangkan diri jika perlu
Jika Bunda merasa emosi sudah mulai naik dan seakan kehilangan kendali, berhentilah sejenak. Ambil jeda untuk diri sendiri misalnya dengan menjauh sekitar 30 menit, baru kemudian coba berbicara lagi.
Pergi ke ruangan yang berbeda, ‘dinginkan’ kepala dan merenung sejenak. Hal ini membantu menghindari konfrontasi yang bisa membuat suasana semakin tegang.
6. Berikan perhatian penuh
Mungkin tanpa sadar orang tua memberikan contoh dengan tidak memberikan perhatian penuh saat anak berbicara? Jika ya, ini dapat menjadi hal yang rentan ditiru oleh anak.
Misalnya orang tua mendengarkan cerita anak sambil melakukan hal lain, seperti menonton televisi atau bermain ponsel. Anak akan melihat Bunda hanya ‘setengah’ mendengarkan.
Penelitian menunjukkan bahwa anak-anak, bahkan yang masih prasekolah, bisa merasakan ketika orang dewasa tidak sepenuhnya terlibat dalam percakapan.
Cobalah untuk fokus pada satu bentuk komunikasi saja dalam satu waktu. Lakukan kontak mata, beri perhatian penuh, dan ajukan pertanyaan sebagai bentuk timbal balik pada ucapan anak. Mereka akan merasa dihargai dan dihormati ketika orang tua bersedia meluangkan waktu untuk benar-benar mendengarkan.
Demikian ulasan tentang cara-cara agar anak mau mendengar orang tua tanpa harus meninggikan suara. Diharapkan dengan tips di atas, Bunda tidak hanya membantu anak mendengarkan dengan lebih baik, tetapi juga membangun hubungan yang lebih kuat dan penuh pengertian.
Pilihan Redaksi
- 7 Tanda Anak Alami Stres dan Kapan Harus ke Dokter
- Kenali Perkembangan Emosi Anak Usia 4 Tahun, Bunda Perlu Tahu
- Cara Membedakan Anak Aktif dan Hiperaktif Menurut Dokter
Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!