Informasi Terpercaya Masa Kini

Perjuangan Awane Lulus Kuliah di UGM, Pernah Cuti Karena Kasus Rasisme

0 3

KOMPAS.com – Awane Theovilla Yogi tersenyum lebar saat berhasil menggunakan toganya. Beberapa kali ia menyeka air matanya.

Perasaan haru dan gembira dirasakannya usai mengikuti prosesi wisuda program Sarjana dan Sarjana Terapan UGM (Universitas Gadjah Mada), Kamis (21/11/2024) di Grha Sabha Pramana. Ijazah gelar Sarjana Ilmu Ekonomi dari Fakultas Ekonomika dan Bisnis digenggamnya erat-erat.

Ada banyak cerita saat ia meraih gelar sarjana di UGM. Bahkan dara asal Awabutu, Kecamatan Paniai, Provinsi Papua Tengah ini, pernah cuti kuliah gara-gara situasi di lingkungannya saat kuliah sempat chaos.

Baca juga: Cerita Uphe, Lulus dari UGM Usia 20 Tahun Raih IPK 3,91

Awane bercerita, sejak kecil selalu berkeinginan mendapatkan pendidikan terbaik. Meski ia berasal dari daerah 3T (Tertinggal, Terdepan dan Terluar), ia ingin mendapatkan pendidikan terbaik.

Selepas lulus pendidikan SD, ia pun melanjutkan pendidikan Menengah Pertama di SMP Santa Maria Bandung dan saat naik kelas IX ia kembali lagi ke Jayapura dan menyelesaikan pendidikan SMP di YPPK Kristus Raja.

Beruntung, ia berkesempatan mendapatkan beasiswa ADEM (Afirmasi Pendidikan Menengah), sehingga bisa melanjutkan ke SMA Negeri 1 Bojong, Pekalongan.

Usai menamatkan bangku SMA, ia pun kembali mendapatkan beasiswa Afirmasi Pendidikan Tinggi yang membawanya kuliah di Fakultas Ekonomika dan Bisnis UGM.

Putri dari Jonas Yogi dan Theresia Gobai inipun mengaku menjalani pembelajaran yang tidak mudah di awal-awal perkuliahan. Ia mengaku sempat stress dan berusaha menyesuaikan diri dengan lingkungan kampus.

“Sempat ragu, saya bisa bertahan atau tidak. Melihat background teman-teman membuat saya kaget dan langsung kena mental. Sempat minder, tapi bersyukur karena apa yang saya bayangkan tidak seperti kenyataan. Teman-teman di kampus ternyata sangat membantu dan suportif,” kenangnya, dilansir dari laman UGM.

Awane sungguh bersyukur, teman-temannya di FEB UGM terbuka dan baik hati. Mereka membuka diri untuk belajar bersama dan bimbingan jika ada mata kuliah yang belum bisa ia pahami.

“Mereka sangat membantu jika ada pembelajaran yang dirasa kurang paham, saya dapat bertanya ke mereka bahkan dipersilakan untuk fotokopi materi. Jadi, sayapun tidak merasa sendirian atau ketinggalan,” jelasnya mahasiswa angkatan 2017 ini.

Cuti kuliah karena gejolak rasisme tahun 2019

Pada tahun 2019, banyak daerah mengalami gejolak rasisme kepada mahasiswa asal Papua. Termasuk salah satunya di Yogyakarta yang sempat memanas. 

Baca juga: Kisah Marcheline, Usia 20 Tahun Diterima Kerja Sebelum Lulus Kuliah di UGM

Kejadian rasisme tahun itu membuat mahasiswa Papua kesulitan mencari tempat tinggal kala menempuh pendidikan di universitas di luar Papua. Bahkan ada beberapa asrama dan tempat tinggal yang dikepung.

Sehingga di tahun kedua kuliah, dia terpaksa mengambil cuti dan kembali ke kampung halaman.

“Sempat terlintas untuk pindah kampus. Tapi setelah dipikir-pikir, pengorbanan yang telah dilalui terlalu berat untuk ditinggalkan, dan telah juga menguras banyak tenaga. Untung dengan dukungan keluarga dan teman-teman, akhirnya saya bisa bertahan,” ungkapnya.

Usai menyandang gelar sarjana, Awane berencana ingin mengabdi di kampung halamannya, Awabutu.

Awane menjelaskan di kampung halamannya merupakan wilayah yang kaya potensi namun belum dikelola secara optimal.

Dengan pendidikan yang berhasil ia raih, ia bermimpi menjadikan daerahnya sebagai destinasi unggulan sekaligus mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya.

“Awabutu itu seperti Dieng, dengan tanah yang subur dan danau yang indah. Kalau dikelola dengan baik, bisa menjadi destinasi yang menarik sekaligus meningkatkan ekonomi masyarakat,” tambahnya.

Meski di kampung halamannya telah berdiri banyak sekolah, aksesibilitas menuju layanan pendidikan masih sangat sulit terutama untuk siswa-siswa yang tinggal di kampung seberang danau.

Ibu Awane yang merupakan seorang guru Bimbingan Konseling bahkan merelakan dan membuka rumahnya untuk menampung anak-anak yang membutuhkan tempat tinggal agar bisa melanjutkan pendidikan.

“Saya berharap bisa kembali ke Awabutu dan berkontribusi untuk pendidikan dan ekonomi di sana,” pungkasnya.

Leave a comment