Informasi Terpercaya Masa Kini

Ini 10 Kebiasaan yang Bikin Susah Kaya Menurut Warren Buffet

0 3

Bisnis.com, JAKARTA — Salah satu orang terkaya dunia, Warren Buffett, yang sering dijuluki “Oracle of Omaha,” membangun kekayaannya melalui investasi cerdas dan menghindari jebakan keuangan yang kerap kali mengganggu banyak investor. 

Dengan kekayaan bersih yang melebihi US$148 miliar dan rekam jejak menjadi orang terkaya dunia selama lebih dari enam dekade, kebijaksanaan Buffett menawarkan wawasan yang tak ternilai dalam membangun kekayaan.

Keberhasilannya bermula dari pemahaman tentang apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan dengan uang.

Menurutnya, ada 10 kebiasaan buruk yang diidentifikasi Buffett sebagai hambatan signifikan dalam membangun kekayaan dan nasihatnya yang tak lekang oleh waktu untuk mengatasinya.

Dilansir NewTraderU, berikut ini kebiasaan-kebiasaan yang dapat menggagalkan kesuksesan finansial 1. Belanja Berlebihan dan Hidup di Luar Kemampuan Anda

“Jangan menabung dari sisa belanja, sebaliknya, belanjakan apa yang tersisa setelah menabung.” — Warren Buffett.

Fondasi untuk membangun kekayaan dimulai dengan prinsip sederhana, yaitu menabung dulu, belanja kemudian. 

Baca Juga : : Beda Pendapat Warren Buffett dan Robert Kiyosaki soal Masa Depan Logam Mulia Emas

Ketika banyak orang berjuang melawan belanja impulsif dan inflasi gaya hidup, Warren Buffett mencontohkan pendekatan yang berlawanan. Meskipun memiliki kekayaan miliaran dolar, dia masih tinggal di rumah sederhana di Omaha yang dibelinya pada 1958 lalu seharga US$31.500.

Kuncinya adalah membuat anggaran terbalik, secara otomatis mengarahkan sebagian pendapatan ke tabungan dan investasi sebelum mempertimbangkan pengeluaran yang tidak perlu. 

Baca Juga : : Oh Ternyata Ini yang Bikin Warren Buffet Tak Minat Investasi Emas

Pendekatan ini menciptakan disiplin finansial dan mencegah jebakan umum berupa peningkatan pengeluaran seiring dengan kenaikan pendapatan.

2. Tidak Menabung atau Berinvestasi di Awal

Waktu adalah kekuatan paling dahsyat dalam berinvestasi, tetapi banyak yang menunda menabung hingga di kemudian hari.

Pertimbangkan dua skenario, pertama mulai pada usia 25 tahun dan usia 35 tahun, berinvestasi US$500 per bulan dengan bunga tahunan 8%. Keunggulan sepuluh tahun menciptakan perbedaan yang signifikan pada usia 65 tahun.

Mulai pada usia 25 tahun:

Berinvestasi US$500 per bulan selama 40 tahun (dari usia 25 hingga 65 tahun) dengan pengembalian tahunan 8% akan menghasilkan sekitar US$1.745.505.

Dimulai pada usia 35 tahun:

Investasikan US$500 per bulan selama 30 tahun (dari usia 35 hingga 65 tahun) dengan pengembalian tahunan 8% akan menghasilkan sekitar US$745.180. Selisih antara kedua skenario ini adalah sekitar US$1.000.325.

Buffett sendiri membeli saham pertamanya pada usia 11 tahun. Keajaiban bunga majemuk menunjukkan setiap tahun yang tertunda mewakili potensi yang hilang untuk akumulasi kekayaan.

3. Mencoba Mengatur Waktu Pasar Tanpa Strategi

“Saya tidak pernah mencoba menghasilkan uang di pasar saham. Saya membeli dengan asumsi mereka dapat menutup pasar pada hari berikutnya dan tidak membukanya kembali selama lima tahun.” – Warren Buffett.

Pengaturan waktu pasar, waktu ketika investor ritel mencoba membeli dengan harga rendah dan menjual dengan harga tinggi berdasarkan prediksi dan opini tanpa penelitian atau pendidikan investasi, sering kali menghasilkan hasil yang buruk.

Studi menunjukkan bahwa melewatkan sepuluh hari perdagangan terbaik selama 20 tahun dapat memangkas laba hingga setengahnya. 

Dengan melewatkan hanya 10 hari terbaik pasar, investor yang tidak ikut serta memperoleh laba rata-rata 5,33% setiap tahun, bukan laba 9,52% yang diperoleh investor beli-dan-tahan setiap tahun selama 20 tahun.

Alih-alih mencoba memprediksi pergerakan pasar, Buffett berfokus pada pembelian perusahaan berkualitas dengan harga yang wajar. Pendekatan investasi nilai ini, dikombinasikan dengan interval investasi reguler melalui rata-rata biaya dolar, menawarkan jalur yang lebih andal menuju akumulasi kekayaan.

4. Mengikuti Keramaian atau FOMO (Fear of Missing Out)

Gelembung dot-com dan kegilaan mata uang kripto menunjukkan bagaimana mentalitas kelompok dapat menyebabkan bencana finansial. Ketika semua orang terburu-buru berinvestasi, harga sering kali melambung melampaui nilai fundamental.

Sebaliknya, pendekatan Buffett tidak biasa, yakni membeli aset berkualitas selama kepanikan pasar dan menghindari investasi yang populer tetapi dinilai terlalu tinggi, secara konsisten menghasilkan keuntungan yang lebih baik. 

Kesuksesan membutuhkan keberanian untuk berpikir secara independen dan bertindak melawan sentimen pasar yang berlaku.

5. Kurangnya Kesabaran

“Tidak peduli seberapa berbakat atau seberapa besar usaha, beberapa hal butuh waktu. Anda tidak bisa menghasilkan bayi dalam satu bulan dengan menghamili sembilan wanita.” – Warren Buffett.

Di era kepuasan instan, kesabaran yang dibutuhkan untuk membangun kekayaan bisa terasa tak tertahankan. Buffett telah menahan beberapa investasi selama beberapa dekade, yang memungkinkan perusahaan seperti Coca-Cola dan American Express untuk mendapatkan keuntungan dari waktu ke waktu.

Periode kepemilikan saham rata-rata telah turun dari delapan tahun pada 1960-an menjadi hanya beberapa bulan saat ini. Fokus jangka pendek ini sering kali menghasilkan biaya transaksi yang lebih tinggi dan hilangnya peluang untuk apresiasi jangka panjang.

6. Berinvestasi pada Hal yang Tidak Anda Pahami

“Jangan pernah berinvestasi pada bisnis yang tidak dapat Anda pahami.” – Warren Buffett.

Buffett terkenal menghindari saham teknologi selama masa booming dot-com karena saham tersebut berada di luar “lingkaran kompetensinya.” Prinsip ini menyelamatkan pemegang saham Berkshire Hathaway itu dari kerugian miliaran dolar saat gelembung itu pecah.

Memahami investasi berarti memahami model bisnis, keunggulan kompetitif, dan laporan keuangannya. Tanpa pengetahuan ini, investor berisiko menjadi spekulan alih-alih pemilik bisnis yang terinformasi.

7. Utang Berlebihan

“Saya telah melihat banyak orang gagal karena minuman keras dan uang pinjaman.” – Warren Buffett.

Utang margin dapat memperbesar keuntungan dan kerugian, tetapi yang terakhir sering kali terbukti membawa bencana. Utang konsumen berbunga tinggi khususnya merusak pembangunan kekayaan dengan menguras sumber daya yang dapat diinvestasikan.

Meskipun sebagian utang (seperti hipotek yang wajar) dapat menjadi strategi, Buffett menganjurkan untuk mempertahankan cadangan kas yang signifikan dan menghindari leverage. Pendekatan konservatif ini memberikan stabilitas dan fleksibilitas selama penurunan pasar.

8. Tidak Menginvestasikan Kembali Keuntungan

Keberhasilan Berkshire Hathaway sebagian berasal dari disiplin Buffett dalam menginvestasikan kembali keuntungan daripada membayar dividen. Ketika diinvestasikan kembali, keuntungan menghasilkan pendapatan tambahan, menciptakan efek bola salju yang kuat.

Hal ini meningkatkan pertumbuhan secara eksponensial dari waktu ke waktu. Prinsip yang sama berlaku untuk investor individu melalui rencana investasi ulang dividen, penyeimbangan kembali portofolio secara teratur, dan tidak menghabiskan keuntungan.

9. Membiarkan Emosi Mendorong Keputusan

“Keberhasilan dalam berinvestasi tidak berkorelasi dengan IQ. Anda memerlukan temperamen untuk mengendalikan dorongan yang kerap membuat orang lain mendapat masalah.” – Warren Buffett.

Ketakutan dan keserakahan sering kali mendorong keputusan finansial yang buruk. Volatilitas pasar dapat memicu respons emosional yang menyebabkan pembelian tinggi dan penjualan rendah. 

Keberhasilan Buffett berasal dari mempertahankan disiplin emosional, membuat keputusan berdasarkan analisis fundamental daripada sentimen pasar dan emosional.

Menciptakan rencana dan sistem investasi serta berpegang pada kriteria yang telah ditentukan membantu menghilangkan emosi dalam berinvestasi.

10. Gagal Belajar Terus-menerus

“Bacalah 500 halaman seperti ini setiap hari. Begitulah cara kerja pengetahuan. Pengetahuan itu menumpuk, seperti bunga majemuk.” – Warren Buffett.

Meskipun sukses, Buffett menghabiskan 80% waktunya untuk membaca dan berpikir. Komitmen untuk belajar ini memungkinkan pengambilan keputusan yang lebih baik dan adaptasi terhadap perubahan pasar.

Pengetahuan, seperti bunga majemuk, bertambah seiring waktu. Mengembangkan keahlian memerlukan studi laporan keuangan, membaca tren pasar, dan dasar-dasar bisnis secara konsisten.

Kebiasaan-kebiasaan ini menunjukkan bahwa membangun kekayaan tidak hanya tentang strategi yang rumit, tetapi lebih tentang penerapan prinsip-prinsip dasar secara konsisten.

Dengan menghindari kesalahan umum ini dan mengikuti kebijaksanaan Buffett, investor dapat meningkatkan peluang mereka untuk meraih kesuksesan finansial jangka panjang.

Leave a comment