Informasi Terpercaya Masa Kini

Gegara Sunat Laser,Kondisi Bocah Usia 9 Tahun Bikin Sang Ibu Bingung: Dokter Bilang Tersumbat

0 11

TRIBUNJATIM.COM – Akibat sunat laser, nasib pilu dialami bocah lelaki MR (9) di Kabupaten Wakatobi, Sulawesi Tenggara.

MR diduga menjadi korban sunat laser dari rumah sakit apung yang beroperasi di Jembatan Kaledupa, Wakatobi.

Kini sang ibu kebingungan karena kondisi bocah malang tersebut tak membaik setelah operasi.

Baca juga: Kakek Alex Dibuang 4 Anaknya yang Sudah Sukses di Stasiun, Pilu Tak Pernah Dijenguk di Panti Jompo

Melati (bukan nama sebenarnya) menceritakan awal kejadian tragis yang menyebabkan area vital anaknya sudah tidak seperti semula.

Ia menyebut, pada Jumat (4/10/2024) lalu, MR hendak sunat laser di rumah sakit apung yang hanya beroperasi beberapa hari.

Karena menganggap adanya fasilitas yang memadai, sehingga Melati mempercayakan petugas medis di rumah sakit tersebut bekerja untuk sunat laser anaknya.

Melati pun menemani, bahkan menunggu dan berada di dekat anaknya sehingga menyaksikan proses sunat laser dilakukan.

Kata Melati, MR awalnya disuntik sebanyak dua kali.

Setelah itu dipotong bagian kulit luarnya untuk dibersihkan sebelum dilaser.

Melati melihat ada dua perawat lainnya yang tetiba berceletuk, ‘Dia hitam (sambil mengarah ke bagian kelamin anak)’.

Tak lama kemudian, mereka pun memanggil dokter untuk melihat kondisi sang anak.

Menurut Melati, anaknya baik-baik saja sebelum dilakukan sunat laser.

Namun tetiba, dokter pun mengatakan jika MR memiliki kelainan.

Melati yang minim pemahaman tidak mengerti maksud sang dokter.

Namun dari yang disaksikannya, kelamin anaknya pada bagian ujung terlihat berwarna putih.

Sementara itu, seseorang yang disebutkan Melati adalah Kepala Rumah Sakit, juga ikut berkomentar.

Kata orang tersebut, si anak sering kencing dengan volume urine sedikit.

Hal itupun dibenarkan sang ibu, namun menurutnya bahwa pada dasarnya MR sejak kecil sudah terbiasa kencing sedikit.

Tidak lama, perawat langsung bergerak dengan mengambil kateter dan dipasang pada ujung kelamin MR.

“Dokter bilang ini anak ada tersumbat (bagian kelamin). Saya tanya lagi, apakah tidak apa jika dipasang kateter? Karena saya juga awam. Tapi dokter bilang tidak apa-apa,” jelas Melati.

Melati masih menyaksikan sang anak dalam penindakan medis.

Ia pun melihat dokter memotong kelamin sang anak lalu kembali dijahit. 

Sayangnya, kondisi MR tak membaik setelah insiden tersebut.

Melati pun tak diberi penjelasan rinci mengenai kondisi anaknya.

Baca juga: Guru Honorer Supriyani Dipenjara usai Pukul Anak Polisi Pakai Sapu, Dimintai Uang Damai Rp 50 Juta

Sampai pada akhirnya, perawat langsung membawa MR ke RS Buranga yang masih ada di Kaledupa, Wakatobi.

Di sana, dokter menganjurkan untuk Melati selalu mengompres bagian vital anaknya dengan air hangat selama 30 menit.

“Saya dikasih juga obat,” tuturnya.

MR sampai dua hari dirawat di RS Buranga, MR lantas dibawa ke RS Ambeua.

“Total selama tiga hari saya dan anak saya di sana. Kami disuruh pulang ke rumah saat itu kondisi kelamin MR bengkak,” jelasnya.

Melati pun menuruti permintaan dokter dan pulang ke rumah.

Selama dua hari di rumah, mereka tetap menjalani kontrol di RS Ambeua.

Hingga pada hari ke-17 pada Sabtu (19/10/2024), nasib MR masih tidak ada kejelasan dengan kondisi kesehatannya.

Baca juga: Pembeli Kaget Makan Mie Ayam Ada Kepala Tikus, Pemilik Warung Minta Maaf, Akui Tak Tutup Wajan

Mereka kini berada di Pulau Wangiwangi untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut.

Alhasil dari rujukan dokter di RS Ambeua Kaledupa, Melati membawa anaknya lagi ke RSUD Wakatobi di Pulau Wangiwangi.

Mereka sampai menumpang ke rumah orang agar bisa tinggal di Wangiwangi untuk beberapa saat.

Setibanya di RSUD, mereka diarahkan untuk rujuk ke Kota Kendari atau Bau-Bau.

Sayangnya Melati kebingungan untuk bisa menindaklanjuti rujukan tersebut karena keterbatasan oleh biaya. 

“’Kami tidak mengikuti rujukan karena kondisi keuangan kami,” kata ibu korban.

Sementara itu, pihak keluarga Melati terus berusaha mengontak pihak rumah sakit apung yang kini sementara berlayar di wilayah lainnya.

Kabarnya, mereka akan kembali untuk menindaklanjuti kondisi MR.

Selain itu, TribunnewsSultra.com juga berusaha mengonfirmasi pihak Dinas Kesehatan Wakatobi terkait permasalahan yang dihadapi Melati dan anaknya.

Namun sejauh ini belum ada jawab.

Kejadian serupa juga sempat membuat warga geger karena alat kelamin bocah berusia 10 tahun terpotong setelah disunat dan tak bisa disambung.

Hal itu dialami MHN saat sunat di Puskesmas Desa Kerta Mukti, Kecamatan Mesuji Raya, Kabupaten Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan.

Tak pelak kejadian tersebut membuat ibu histeris dan panik.

Orang tua korban, Subagio dan Amalia mengatakan, peristiwa tersebut terjadi bertepatan dengan liburan sekolah pada Selasa (12/12/2023). 

“Awalnya kami mengantarkan anak sulung saya yang saat itu berusia sembilan tahun untuk sunat di Puskesdes.

Sampai di sana langsung ditangani oleh Pak Zaidan (merupakan Kepala Puskesmas Kertamukti) dan segera diambil tindakan,” kata Amalia ketika ditemui di kediamannya, Kamis (6/6/2024) pagi.

Menurutnya, setelah selesai disunat menggunakan alat laser, mantri khitan justru menyebut bila alat kelamin anaknya tersebut terpotong bagian atasnya (hanya tersisa sedikit).

Mendengar adanya dugaan terjadi malapraktik tersebut, Amalia sontak panik dan meminta agar segera dilakukan tindakan medis yang terbaik.

“Tahunya setelah sunat waktu mau dijahit, itu dicari kepalanya (bagian atas kelamin) tidak ada.

Rupanya terjatuh dan ikut kepotong bersama kulup penis itu tadi,” jelas Amalia.

“Waktu itu mantri sempat berusaha untuk menyambung dan menempel kepala penis.

Supaya tidak tertutup lubangnya itu tadi dan setelahnya langsung dibawa ke rumah sakit,” imbuh dia.

Baca juga: Apendi Panik Wanita Sudah Meninggal 20 Tahun Silam Daftarkan Ponakan Jadi Pengawas TPS, Foto Dihapus

Masih kata dia, setelah dirujuk dan sampai di rumah sakit di Kota Palembang, segera dilakukan penanganan serta dicek diatur jadwal dokternya.

“Sampai di sana sekitar jam 09.00 malam dan untuk jadwal operasi jam 11.00 siang besoknya. Total perawatan di rumah sakit selama 11 hari sampai diperbolehkan pulang,” ungkapnya.

Alat kelamin MHN sudah tidak bisa disambung lagi lantaran terlalu lama dalam perjalanan menuju Rumah Sakit Mohammad Hoesin Palembang.

“Karena perjalanannya dari Mesuji Raya ke Palembang sangat jauh. Kata dokter yang menangani operasi, potongan kelamin anak saya seharusnya ditaruh di dalam batu es,” ujar ibu korban.

Pasca tindakan operasi, pihak rumah sakit memakaikan keteter (alat bantu kencing) di alat kelamin milik korban selama kurang lebih satu bulan sampai proses penyembuhan.

“Setelah dibawa pulang ke rumah, kondisi anak saya sempat kesulitan kencing langsung.

Supaya lubang penisnya tidak tertutup, jadi dibantu oleh keteter tadi,” ujar Amalia, saat itu anaknya juga tak dapat beraktivitas.

“Setelah keteter dilepas, barulah anak saya bisa bermain dan normal kembali. Tidak lagi kesakitan,” sambungnya.

Tidak berhenti sampai disini saja, Amalia berujar, sejak kejadian tersebut, sampai sekarang rutin melakukan kontrol di rumah sakit Palembang.

“Sudah sekitar empat atau kali kali kontrol ke rumah sakit Palembang, kami selalu diantar dan ditemani oleh Pak Zaidan,” cetusnya.

Memang sebelumnya, sudah terjadi dugaan malapraktik yang dilakukan oknum Kepala Puskesmas.

Namun sejak dahulu sampai sekarang, masih banyak warga yang datang untuk menyunatkan anak-anaknya. 

“Memang kalau warga sini (hendak  sunat) selalu tempat Pak Zaidan, baik manual ataupun pakai laser.

Kalau kami waktu itu memilih pakai laser karena berharap supaya anak cepat sembuh

Karena setahu kami sunat laser ini bisa sembuh hanya empat hari dan kebetulan waktu itu cuma bisa cuti kerja empat hari saja,” sebutnya.

Di tengah rasa kecewa mendalam, Amalia dan Subagio tetap berharap agar nantinya alat kelamin anaknya bisa dilakukan operasi penyambungan.

“Harapannya insyaallah bisa, kalau kata dokter, di usia 16 tahun nanti bisa dilakukan operasi.

Tapi kalau bisa secepatnya dan itu tergantung konsultasi dengan dokter,” ujarnya dengan penuh harapan.

Dikonfirmasi terpisah, Kepala Desa Kerta Mukti, Irwan mengatakan, baru mengetahui informasi adanya dugaan malapraktik yang dialami anak dari seorang warganya.

“Benar korban warga sini, tapi kami baru mengetahui kejadian ini dari rekan media. Karena kejadian sudah lama sekitar enam bulan lalu,” papar Kades.

Berdasarkan informasi yang telah  diterimanya, pimpinan Puskesmas dan keluarga korban sudah sepakat berdamai.

“Ya, informasi yang saya dengar itu mereka sudah damai. Tapi kami belum mendapatkan laporan secara langsung dari kedua belah pihak,” ungkapnya.

Dikatakannya, untuk lokasi kejadian belum dapat dipastikan, lantaran di sana terdapat kantor Puskesmas dan juga Puskesdes.

“Saya belum tahu pastinya, karena di sana kan ada Puskesmas dan Puskesmas. Kalau mantri sunat itu pimpinan Puskesmas sedangkan istrinya merupakan bidan di Puskesdes tersebut,” pungkasnya.

Sementara itu, pimpinan Puskesmas Desa Kerta Mukti, Zaidan, hingga kini belum dapat dihubungi, baik melalui telepon maupun pesan singkat.

Dikarenakan nomer telepon dan WhatsApp yang bersangkutan tidak kunjung aktif lagi.

Informasi lengkap dan menarik lainnya di GoogleNews TribunJatim.com

Leave a comment