Informasi Terpercaya Masa Kini

Ilmuwan Tanam Biji Berusia 1.000 Tahun, Tumbuh Pohon Mirip di Alkitab

0 17

KOMPAS.com – Para ilmuwan berhasil mendapatkan sebatang pohon aneh yang tumbuh usai menanam biji dari masa purba berusia 1.000 tahun.

Temuan itu dipublikasikan tim Pusat Penelitian Pengobatan Alami Louis L. Borick dari Pusat Medis Hadassah University, Yerusalem dalam jurnal Communications Biology pada 10 September 2024.

Dikutip dari jurnalnya, para peneliti menemukan sebuah benih kuno saat menggali sebuah gua di Gurun Yudea, wilayah Wadi el-Makkuk, utara Yerusalem pada akhir 1980-an.

Benih itu memiliki panjang sekitar 2 cm dan dipastikan dalam kondisi murni. Hasil analisis menunjukkan, benih itu berasal dari 993-1202 Masehi.

Saat ini, usia benih itu mencapai 1.000 tahun. Meski begitu, para peneliti tidak bisa mengidentifikasi jenis pohon dari benih tersebut.

Baca juga: Fosil Hobbit dari Spesies Manusia Purba Mungil Ditemukan di Pulau Flores, Hidup 700.000 Tahun Lalu

Benih 1.000 tahun ditanam

Ilmuwan di Pusat Penelitian Pengobatan Alami Louis L. Borick kerap melakukan eksperimen menanam kembali benih yang berasal dari ratusan hingga ribuan tahun lalu.

Tim itu pernah menanam beberapa jenis benih purba. Misalnya, Silene sp. berusia sekitar 30.000 tahun, benih kurma 2.000 tahun, kalus hidup dari benih Anagyris foetida berusia 1.600 tahun, dan benih teratai 1.300 tahun.

Salah satu benih yang mereka miliki adalah yang ditemukan di Gurun Yudea pada 1980-an. Pada 2010, peneliti yang dipimpin oleh Dr. Sarah Sallon lalu menanam benih itu untuk diteliti lebih lanjut.

Diberitakan CNN, Kamis (3/10/2024), benih itu awalnya dimasukkan dalam air yang dicampur dengan hormon dan pupuk. Kemudian, benih ditanam dalam pot berisi tanah steril.

“Sekitar lima setengah minggu kemudian, tunas kecil yang cantik itu tumbuh,” kata Sallon.

Tim peneliti kemudian menggunakan penanggalan radiokarbon pada bahan organik untuk memperkirakan usia tanaman tersebut. Mereka menemukan spesimen tersebut berasal dari antara 993 dan 1202 Masehi.

Tak lama, pohon itu mulai menumbuhkan daun. Sallon lalu membagikan gambar pohon dan daunnya kepada ahli botani di seluruh dunia.

Seorang ahli menduga pohon itu termasuk dalam genus Commiphora. Kelompok tanaman ini memiliki sekitar 200 spesies pohon yang sebagian besar ditemukan di Afrika, Madagaskar, dan Jazirah Arab.

Sampel daun itu juga dikirimkan ke profesor biologi George Mason University, Andrea Weeks. Menurut Weeks, pohon tersebut memiliki DNA yang cocok dengan Commiphora. Namun, sampel tersebut tidak cocok dengan spesies yang tercatat dalam basis datanya.

Atas temuan tersebut, para peneliti meyakini benih kuno itu berasal dari salah satu jenis tanaman spesies Commiphora yang tumbuh di sekitar Gurun Yudea tapi kini telah punah.

Pada 2024, pohon tersebut telah tumbuh 14 tahun dengan tinggi hampir tiga meter. Namun, pohon itu tidak berbunga dan berbuah. Akibatnya, mustahil mengidentifikasi spesies pasti dari tanaman tersebut.

Baca juga: Lukisan Gua Tertua Berusia 51.200 Tahun Ditemukan di Sulawesi, Ungkap Asal-usul Seni Bercerita

Pohon mirip dalam Alkitab

Dilansir dari Penn Live, Senin (7/10/2024), peneliti Sarah Sallon mengungkapkan, benih kuno tersebut lalu diberi nama sheba.

Dia awalnya memperkirakan, pohon dari benih sheba merupakan pohon yang tercantum dalam Alkitab.

Teks-teks kuno dari wilayah tersebut, termasuk Alkitab menggambarkan ada sebuah pohon bernama “balsam yudea” atau “balsam gilead”. Pohon kuno itu disebut memiliki getah harum untuk membuat parfum yang diekspor ke seluruh dunia pada zaman dulu.

Meski diyakini sejenis dengan pohon kuno penghasil getah harum, pohon dari benih sheba ternyata tidak mengeluarkan bau apa pun.

Setelah pohon tumbuh besar, tim melakukan analisis fitokimia pada getah, daun, dan cabangnya. Namun, tidak ada satu pun senyawa aromatik dari pohon itu.

Tim peneliti justru mendeteksi pohon sheba mengandung beberapa senyawa yang dikenal sebagai obat. Senyawa itu termasuk “guggulterols” yang berpotensi melawan kanker.

“Berdasarkan semua hal itu, (pohon sheba) itu bukanlah balsam yudea, melainkan sepupu dekatnya, dan salah satu Commiphora nonaromatik yang merupakan gudang senyawa obat,” ungkap Shallon.

Karena adanya senyawa penyembuhan tersebut, Sallon dan rekan-rekannya menyimpulkan bahwa pohon itu mungkin merupakan sumber balsem obat yang dikenal sebagai tsori yang juga disebutkan dalam teks-teks sejarah.

Tsori adalah ekstrak tanaman obat yang berasal dari wilayah historis Gilead di utara Laut Mati, Lembah Rift. Wilayah pegunungan dan hutan yang dulu sangat subur itu kini menjadi bagian dari Yordania.

Leave a comment