Informasi Terpercaya Masa Kini

Kenapa Tibet Tidak Dilalui Pesawat?

0 2

KOMPAS.com – Tibet disebut sebagai wilayah yang dihindari banyak maskapai penerbangan untuk dilintasi.

Pasalnya, Tibet termasuk wilayah paling tinggi di dunia, dengan ketinggian rata-rata lebih dari 4.500 meter di atas permukaan laut (mdpl). Apalagi, di wilayah ini terdapat Pegunungan Himalaya, tempat Gunung Everest berada.

Baca juga: 4 Fakta Bandara Sipil Tertinggi di Dunia yang Berlokasi di Tibet

Wilayah ini jarang dilalui pesawat karena faktor geografis yang ekstrem dan populasi yang rendah. Meski memiliki bandara internasional di Lhasa dan Xining, penerbangan komersial yang melintasi Tibet terbatas.

Rute penerbangan biasanya menghindari daerah ini sepenuhnya, meskipun melewati Tibet akan lebih efisien.

Jika dilihat dari laman flightradar24, dikutip Rabu (18/9/2024), sebagian besar pesawat terbang melintasi jalur utara dan selatan wilayah ini, sedangkan langit di atas Tibet tampak kosong.

Dilansir dari laman Simple Flying dan Travel and Leisure, Rabu (18/9/2024), terdapat sejumlah alasan yang menyebabkan pesawat mengindari terbang di atas “Atap Dunia” ini. 

Alasan pesawat tidak terbang di atas Tibet 1. Ketinggian dan pendaratan darurat

Pesawat menghindari wilayah Tibet karena medan yang cukup tinggi, dengan rata-rata di atas 14.000 kaki (sekitar 4,26 kilometer atau km), yang menyulitkan pesawat untuk turun dengan aman dalam keadaan darurat, seperti dekompresi kabin.

Meskipun pesawat terbang di ketinggian jelajah 30.000 kaki (sekitar 9.14 km) hingga 42.000 kaki (sekitar 12,8 km), jika terjadi darurat, mereka harus turun ke ketinggian 10.000 kaki (sekitar 3,04 km) untuk mendapatkan oksigen yang cukup.

Karena ketinggian wilayah Tibet yang terlalu tinggi dan terbatasnya bandara pengalihan, maskapai penerbangan memilih untuk tidak terbang di atas area ini demi alasan keamanan.

Baca juga:

  • Istana Potala di Tibet Ditutup Akibat Pandemi Covid-19
  • Hanya Sedikit Pesawat yang Terbang di Atas Wilayah Tibet, Ini Sebabnya

2. Turbulensi

Turbulensi lebih sering terjadi di wilayah pegunungan, misalnya di Tibet, karena arus udara yang naik dan turun akibat efek medan dan cuaca.

Terbang di atas pegunungan menciptakan risiko lebih tinggi dan sulit dihindari, terutama saat cuaca buruk.

Turbulensi yang terjadi di daerah ini tidak hanya mengganggu penumpang tetapi juga memperumit penanganan jika situasi darurat terjadi.

Hal tersebut menjadikannya kurang ideal untuk penerbangan komersial.

Baca juga:

  • Banyak Sampah, Base Camp Everest di Tibet Ditutup untuk Umum
  • China Berencana Kembangkan Wisata Everest di Perbatasan Tibet

3. Risiko pembekuan bahan bakar

Terbang di atas wilayah dengan pegunungan seperti di Tibet meningkatkan risiko pembekuan bahan bakar jet karena suhu yang sangat rendah.

Meskipun bahan bakar jet memiliki titik beku yang rendah (sekitar -47 derajat celsius untuk Jet A1), penerbangan jarak jauh di atas wilayah dingin ini dapat menyebabkan masalah, seperti kristal es yang terbentuk dalam bahan bakar.

Insiden seperti ini pernah terjadi pada penerbangan British Airways 38 dari China ke London, Inggris, pada Januari 2008.

Waktu itu, kristal es menyumbat mesin dan menyebabkan pendaratan darurat. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya menjaga suhu bahan bakar untuk keselamatan penerbangan.

Baca juga: Nepal Buka Lagi, Pendaki Asing Bisa Kembali Mendaki Himalaya

Leave a comment