Informasi Terpercaya Masa Kini

Gangguan Autisme pada Anak Bisa Dideteksi saat Menyusui? Kenali Ciri-Cirinya Bun

0 12

Menyusui diketahui dapat mendekatkan antara ibu dan anak ya, Bunda. Selain itu, banyak yang mengatakan bahwa gangguan autisme pada anak bisa dideteksi juga saat menyusui.

Aktivitas menyusui diketahui dapat dimanfaatkan sebagai momen bonding antara bunda dan bayinya. Proses skin to skin akan membuat Bunda lebih dekat dalam memahami perkembangan Si Kecil.

Bahkan, pada beberapa orang, kegiatan menyusui digunakan untuk mengetahui atau mendeteksi apakah ada tanda-tanda autisme atau tidak pada anaknya. Misalnya, sambil menyusui, bunda akan mengamati apakah sang anak mau melakukan kontak mata atau tidak.

Autisme pada bayi

Autisme adalah perbedaan perkembangan saraf yang dapat menyebabkan anak mengalami perbedaan dalam cara berkomunikasi. Anak dengan autis dapat digambarkan sebagai neurodivergen. 

Sejauh ini, banyak bunda yang didiagnosis autis tetap memilih untuk memiliki anak dan menyusui, dan beberapa anak yang disusui juga mengalami autis. Ada tantangan dan kekuatan tambahan bagi orang tua autis, terlebih lagi bagi yang menyusui anak autis. 

Baca Juga : Benarkah Menyusui Mampu Kurangi Risiko ASD pada Bayi? Ini Penjelasannya

Perempuan dan orang autis mungkin memiliki kebutuhan yang berbeda saat mengakses perawatan bersalin dan dukungan menyusui, dan kebutuhan ini mungkin berbeda untuk setiap orang autis.

Apakah menyusui mengurangi risiko autisme pada bayi?

Tidak, menyusui tidak menjamin bahwa seorang anak tidak akan mengembangkan risiko autisme di kemudian hari. Meskipun beberapa penelitian telah menunjukkan adanya hubungan antara menyusui dan risiko yang lebih rendah untuk mengembangkan autisme, penyebab autisme bersifat kompleks dan kemungkinan melibatkan kombinasi faktor genetik dan lingkungan.

Ada cara lain yang dapat dilakukan ibu untuk mengurangi risiko anak alami autisme. Menyediakan pola makan yang sehat selama kehamilan dan anak usia dini, menghindari paparan racun lingkungan, dan melakukan aktivitas fisik secara teratur dapat membantu mengurangi risiko autisme.

Manfaat menyusui anak dengan autisme

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa menyusui dapat memberikan efek perlindungan terhadap perkembangan autisme, tidak ada kekurangan yang diketahui dari menyusui dalam hal gangguan ini.

Sejauh ini, menyusui memberikan banyak manfaat bagi ibu dan anak, termasuk peningkatan fungsi kekebalan tubuh, nutrisi yang lebih baik, dan ikatan batin seperti dikutip dari laman Thetreetop.

Meskipun hubungan antara menyusui dan autisme masih belum sepenuhnya dipahami, beberapa penelitian menunjukkan bahwa menyusui dapat memberikan efek perlindungan terhadap perkembangan gangguan ini.

ASI mengandung berbagai nutrisi dan antibodi yang dapat mendukung perkembangan otak dan sistem kekebalan tubuh, dan menyusui dapat membantu meningkatkan ikatan batin antara ibu dan anak, yang dapat memberikan efek positif pada perkembangan sosial dan emosional anak.

Akan tetapi, diperlukan penelitian lebih lanjut untuk memahami sepenuhnya hubungan antara menyusui dan autisme, serta untuk mengeksplorasi faktor-faktor lain yang mungkin berkontribusi pada hubungan ini.

Apakah gangguan autisme pada anak bisa dideteksi saat menyusui?

Menyusui merupakan pengalaman yang sangat berharga bagi setiap bunda, tetapi kesulitan dan manfaatnya bisa berbeda atau lebih terasa, bagi keluarga dengan anak kecil yang kemudian didiagnosis dengan Autism Spectrum Disorder (ASD). 

Saat ini, jumlah orang yang didiagnosis dengan ASD lebih banyak daripada sebelumnya, sehingga ASD menjadi disabilitas perkembangan yang paling cepat berkembang, namun diagnosis sering kali baru dilakukan pada anak berusia empat tahun.

Hal ini menghadirkan tantangan tersendiri bagi orangtua dari anak kecil yang menunjukkan gejala ASD. Meskipun anak dengan autisme kerap menunjukkan gejalanya lebih awal, tidak semuanya dapat dipahami dengan jelas pada sesi menyusui.

Berdasarkan pengalaman orangtua yang memiliki bayi dengan gangguan ASD, melaporkan lebih banyak kesulitan dalam menyusui, meskipun penyebabnya tidak selalu jelas hingga kemudian hari. 

“Yang tidak saya sadari saat itu adalah bahwa ia menggunakan waktu menyusui untuk menghindari apapun yang membuatnya tidak nyaman, seperti bertemu banyak orang, melakukan kontak mata, apa pun,” ungkap salah satu ibu yang membagikan pengalamannya menyusui bayi dengan autisme.

Bunda lainnya juga mengatakan pada masa-masa awal, ia belum banyak memelajari mengenai kepekaan sensorik dan membandingkannya dengan anak yang berkembang secara normal, yang lahir berikutnya.

“Sehubungan dengan masa-masa awal menyusui, saya harusnya bisa saja mendapatkan pelatihan lebih lanjut mengenai kepekaan sensorik dan membandingkannya dengan anak yang lahir berikutnya dengan pertumbuhan normal.”

Menurut bunda tersebut, ia melihat banyak pengalaman membesarkan anak sulungnya dengan sudut pandang berbeda. Ketidaktahuan dalam memahami kepekaan sensorik, membuatnya tidak menyadari bahwa si sulung membutuhkan pendekatan yang berbeda.

Pengalaman dari ibu lain yang juga memiliki anak ASD mengatakan, putranya yang saat ini berusia 18 tahun, mengalami kesulitan yang sangat besar dalam proses menyusu saat bayi. Ia memiliki masalah sensorik saat disentuh dan otot rahangnya kurang kencang. Jadi, pelekatan dan isapannya tidak cukup kuat untuk merangsang produksi ASI dirinya. 

“Saya tidak tahu bahwa ia tidak mendapatkan cukup ASI hingga berat badannya tidak bertambah dan bahkan mulai turun. Menyusui seharusnya menjadi pengalaman yang luar biasa untuk mempererat hubungan antara ibu dan bayi, tetapi karena ASD dan masalah sensoriknya, ikatan dengan anak saya hampir tidak ada sama sekali dan tentu saja bukan karena kesalahannya sendiri.”

“Hingga hari ini, dia tidak begitu menerima kasih sayang fisik apa pun. Saya pikir perawat laktasi perlu diberi edukasi tentang bayi yang gagal tumbuh (seperti anak saya). Ketika saya mencoba mencari bantuan tentang cara meningkatkan produksi ASI, dan mengapa dia selalu lemas dan tidak responsif terhadap sentuhan selama menyusui, perawat laktasi selalu membuat saya merasa bersalah dan buruk, seperti ada yang salah dengan diri saya. Ketika anak saya mulai kehilangan berat badan, saya harus mulai memberinya susu botol setelah menyusui dan sejujurnya saya merasa gagal, tetapi saya pikir itu terutama karena perawat laktasi membuat saya merasa seperti itu.”

“Saya rasa saya benar-benar membutuhkan lebih banyak dukungan emosional dari para perawat saya. Namun, itu juga terjadi 18 tahun yang lalu, jadi saya yakin pelatihan dan dukungan jauh lebih baik sekarang.”

Kenali ciri-ciri bayi autisme

Diagnosis autisme dilakukan berdasarkan serangkaian karakteristik, bukan tes biologis apapun. Inilah salah satu alasan mengapa sulit untuk mengenali bahwa seorang anak berada dalam spektrum autisme hingga mereka berusia antara 18 dan 22 bulan (meskipun beberapa tanda autisme mungkin terlihat sebelum usia satu tahun).

Semua anak memelajari perilaku dan keterampilan saat mereka tumbuh, dan kecepatan terjadinya hal ini secara alami akan bervariasi dari anak ke anak. Namun, ada tonggak perkembangan tertentu yang diharapkan dapat dicapai bayi dan balita dalam jangka waktu rata-rata atau tipikal.

Untuk itu, Bunda perlu tahu sinyal awal adanya risiko autisme pada Si Kecil. Secara umum, tanda-tanda autisme awal pada bayi di usia 6 bulan hingga satu tahun meliputi beberapa hal berikut ya, Bunda:

1. Bereaksi secara tidak terduga terhadap wajah baru

2. Jarang tersenyum dalam situasi sosial

3. Menjalin kontak mata sedikit atau tidak sama sekali

4. Kesulitan mengikuti objek dengan mata

5. Mendengar namanya namun tidak menghasilkan respons

6. Memiliki reaksi terbatas atau tidak sama sekali terhadap suara keras, atau tidak menoleh untuk mencari suara

7. Bereaksi berlebihan terhadap beberapa suara

8. Menunjukkan kurangnya minat pada permainan interaktif, seperti cilukba

9. Meniru suara dan kata-kata terbatas

10. Gerakan seperti menunjuk objek yang diinginkan atau melambaikan tangan kepada orang lain terbatas

11. Kecenderungan tidak meniru tindakan orang lain

12. Tidak suka disentuh atau dipeluk, atau tidak mengulurkan tangan saat akan digendong seperti dikutip dari laman Autismsa.

Dukungan untuk membantu menyusui bayi dengan risiko autisme

Guna mendukung keberhasilan menyusui, para orangtua tetap dapat menyusui secara normal dan mencari dukungan positif untuk menguatkan dirinya, seperti dikutip dari laman Breastfeeddurham. Berikut ini beberapa upaya yang bisa dilakukan:

1. Menyusui lebih sering daripada yang lain

2. Jangan menyerah saat menemui kesulitan menyapih

3. Carilah komunitas yang mendukung menyusui

4. Bekerjasama dengan konselor laktasi

5. Terkoneksi dengan grup orangtua dengan anak autis yang memiliki masalah khusus terkait menyusui

Manfaatkan masa-masa menyusui untuk membersamai tumbuh kembang anak. Segera periksakan ke dokter dan ahli jika Si Kecil menghindari kontak mata saat disusui, agar dapat mengetahui apakah hal tersebut gejala autisme atau bukan. Begitu pula jika menemui kesulitan dalam menyusui anak dengan tanda-tanda risiko autsime, segera konsultasikan dengan dokter atau konselor laktasi ya, Bunda. Semoga informasinya membantu ya, Bunda.

Pilihan Redaksi

  • Sambil Menyusui, Kita Bisa Stimulasi Perkembangan si Kecil Lho
  • Kisah Bunda yang Mengetahui Kerusakan Mata Sang Anak saat Menyusui
  • Menyusui Anak Lebih Lama Terbukti Mengurangi Risiko Kanker Si Kecil di Masa Depan

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!

Leave a comment