Informasi Terpercaya Masa Kini

The Beguiled, Ketika Desertir Red Flag Itu Bertemu dengan Perempuan-perempuan Kesepian

0 9

Buat saya film The Beguiled ini keren sangat. Sungguh nonton film di fase saya yang malas dengan ritme yang panjang dan bertele-tele itu maka nonton The Beguiled ini baru nonton film yang saya gak ngedumel dan saya tonton tanpa jeda hingga usai, plok-plok. Pstttt, siapa saja yang membaca ulasan ini, saya ingatkan bahwa ulasan saya yang saya buat senyaman peranakan saya ini mengandung sedikit spoiler. Tenang, paling 30% lebih-lebih sedikit. 

Entah kenapa saat menonton film itu, ingatan saya mengalir ke obrolan asal dan spontan saat ngopi di warung kopi beberapa puluh tahun silam.

“Laki-laki itu hanya dua. Kalau gak homo ya bajingan….” ucapan teman saya, kebetulan laki-laki

Apaaa…? Demi mendengar omongan itu seketika kopi yang sedang saya regug muncrat. 

“Percaya gue. Kami semua bajingan. Yang membedakan hanya kadar kebajingannya saja. Ada bajingan tapi berhasil menundukan kebajingannya di titik rendah banget. Ada yang fifty-fifty, ada yang ya bajingan banget….”

Ah omongan apa pula itu. Tapi saya malas mendebatnya sebab saya tau saya gak akan menang, maka saya biarkan saja dia dengan sigap saya ambil sepotong pisang goreng dan melahapnya pelan, sambil diselingi mereguk kopi, sedap. Sambil mulut saya sibuk mengunyah pisang goreng itu, dalam relung hati saya yang paling dalam, entah sebelah mana, kiri atau kanan, saya membenarkan omongan teman saya itu. Bah, alamak.

Apa hubungan laki-laki bajingan dan film The Beguiled? tentu saja ada. Bagi saya tokoh utama laki-laki dalam film itu adalah seorang bajingan, walau kadarnya mungkin kecil,  walau saya gak tau apa dia pernah memperkosa, pernah merampok dst. Apalagi apa dia pernah sekadar nyolong mangga, makan pempek 5 tapi ngakunya 2,  dll, hehe saya tidak tau. Pokoknya ada unsur bajingannya. Bajingan ya istilah anak sekarang mungkin cowo Redflag ya. Sebab dia manipulatif. Memanipulasi rasa kepada para perempuan-perempuan itu. Penasaran?  lanjut baca ya…

The Beguiled adalah film drama setting masa lampau abad ke-18 saat Amerika dilanda Perang Saudara antara pihak Utara (Union) dan Selatan (Yankee).  Banyak Prasarana Umum dan sekolah menjadi terisolir, termasuk Sekolah Khusus Putri yang kebetulan lokasinya di tepi Hutan Virginia.  Film ini dibuat pada Tahun 2017, berdurasi 1 jam 34 menit. Sutradara film ini adalah Sofia Coppola, ya putri sutradara tenar Francis Ford Coppola. Film yang sama sudah pernah dibuat pada Tahun 1971 dengan sutradara  Don Siegel, dan Clint Eastwod berperan sebagai prajurit yang terluka.

Cahaya temaram, ada lagu mealow, seorang gadis naik remaja Amy (diperankan Oona Lawrence) sedang berjalan sambil bernyanyi mencari jamur di tepi hutan dekat sekolah sekaligus asrama putrinya. Tak lama kemudian Amy menemukan seorang laki-laki sedang terbaring dan terluka parah, Kopral John MCBurney (diperankan Collin Farrel). Sang kopral adalah tentara Union yang lari dari pasukannya. Amy si gadis remaja tanggung yang polos, lugu dan baik hati itu tergerak menolong. Dia lalu memapah sang Kopral ke sekolahnya selanjutnya tentu saja menyerahkan dan minta pendapat kepada kepala sekolahnya. Dari sinilah semuanya bermula.

Sang kepala sekolah tergerak menolong menyelamatkan sang kopral. Dengan gagah berani Miss Martha melakukan operasi mengeluarkan banyak peluru di tubuh sang kopral,menjahit lukanya, termasuk memandikan dan merawat kesembuhan paska operasi seorang diri. Tidak itu saja, Miss Martha juga membantu menyembunyikan keberadaan sang kopral di asrama itu dari pencarian yang dilakukan pasukan selatan. Bukan main.

Kau bayangkan bagaimana situasi seorang laki-laki di tengah para perempuan-perempuan cantik, sehat, muda yang lama terisolir selama perang sudara. Meski terluka sang kopral tak kuasa menahan keahliannya tebar pesona ke perempuan-perempuan itu. Perempuan-perempuan muda yang dititpkan keluarganya ke seolah asrama putri untuk belajar banyak ketrampilan seperti merenda, bernyanyi, main musik, table manner, dan aneka tata sopan santun lainnya untuk kelak bisa menjadi perempuan terhormat yang bisa layak mendampingi suami dan keluarganya. 

Kepala Sekolah Miss Martha Farsworth (diperankan sangat apik oleh Nicole Kidman) adalah perempuan tegas, keras pada dirinya tapi sekaligus murah hati. Ada Bu Guru Edwina (diperankan Kirsten Dunst) di guru lemah lembut, kemayu. Ada Alicia (diperankan Elle Fanning), gadis remaja baru naik puber yang spontan dan suka nyosor, mungkin istilah sekarang tipe Pick Me Girl, entahlah. Selain Amy, ada lagi 2 (dua) murid lain tapi saya tak hapal.   

Kepada Kepala Sekolah, sang kopral memberikan senyuman manis sopan bersayap bahkan menerima ajakan sang kepala sekolah minum anggur berdua. Kepada bu Guru Edwina dia mengucapkan sayang, tentu saja banyak scene penanda rayuan cinta. Kepada si Gadis remaja cantik Alicia, tentu saja sang Kopral menyambut sosorannya. 

Pada suatu malam, saat Kepala Sekolah Miss martha sedang di kamarnya. Sama halnya dengan bu Guru Edwina yang cantik, lembut dan kemayu itu sedang menantikan sang kopral di kamarnya. Mungkinkah kepala sekolah menantinya juga, entahlah.  Sang kopral malah merangsek kamar Alicia dan dipergoki oleh bu Guru itu. Sontak saja terjadi pertengkaran, sang kopral terjatuh dari tangga dan kakinya terluka parah dan pada hari-hari selanjutnya kekacauan dan chaos itu tak terkendali.  

Jika Miss Martha sanggup melakukan operasi pengeluaran peluru dari tubuh sang kopral, maka Kepala sekolah yang tegas tapi murah hati itupun sanggup melakukan amputasi kepada kaki sang Kopral  juga seorang diri sebab khawatir efek mematikan dari virus di luka kaki sang Kopral. Operasi amputasi itu berhasil. Dan malah membuat sang kopral shock dan marah sehingga terjadi chaos lagi di asrama putri itu.

Begitulah. He, takut terlalu banyak spoiler, saya ke ending saja ya. Film ini berakhir dengan digotong dan diletakkannya tubuh kopral yang sudah dibungkus rapi di luar pagar sekolah oleh perempuan-perempuan itu. Lalu Amy mengikat sehelai kain biru di pagar sekolah sebagai penanda agar pasukan Yankee bertindak. Entah kenapa saya lega ketika Amy mengikat sehelai kain biru di pagar sekolahnya. 

Pesan moralnya, hai laki-laki redflag hati-hati, tidak semua perempuan lemah seperti dugaanmu. Perempuan juga bisa tegas dan ambil keputusan yang tak terduga. Dugaan saya mungkin ini yang ingin disampaikan Sonia Coppola sang sutradara. Bravo Sonia.

Saya suka akting Oona Lawrence pemeran Amy. Rasanya Amy seperti saya di masa kecil, bew.  Terlebih Nicole Kidman, seperti aktingnya di film The Others, The Hours, saya suka. Secara teknis film ini sengaja dibuat buram dan temaram, bahkan konon syuting sengaja dilakukan sore hari supaya dapat efek temaram senja. Musik di film ini juga keren buat saya, sound instrumen minimalis macam   Lorena, Aura Lee, Virginia Belle, Violin Concerto in B Minor, dll.

Meski saya aslinya tidak suka film dengan ritme agak lambat, tapi Film ini lain, keren dan layak ditonton kawan. Ratting dari saya untuk film ini 8,5 dari 10.  Ya, kalau tertarik kau tonton saja kawan, masih tayang di netflix. 

Salam kompasiana. Salam Kompal selalu.

Note:

Terimakasih kepada Genk Kompal yang mengajari saya istilah kekinian redflag, 

pick me girl dll. Sarbin, Pringadi, Haryadi Yansyah,Danan Wahyu, Bikcik Kartika dll

Kalau istilah ini jadi bergeser makna di tulisan saya, haha, maafkan saya. 

Leave a comment