Ekonom Beberkan Dampak Pembunuhan Pimpinan Hamas ke Sistem Keuangan RI
Bisnis.com, JAKARTA – Gejolak di Timur Tengah, khususnya pembunuhan pemimpin Hamas Ismail Haniyeh, dinilai dapat kembali meningkatkan ketidakpastian global, termasuk berdampak pada perekonomian nasional.
Ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Yusuf Rendy Manilet mengatakan stabilitas sistem keuangan relatif terjaga pada semester pertama 2024.
Namun demikian, dia menilai ketidakpastian yang berpotensi meningkat kata dia dapat berdampak pada kondisi perekonomian dalam negeri di sisa tahun 2024.
Baca Juga : Sri Mulyani Bawa Kabar Buruk, Risiko Ini Hantui Stabilitas Sistem Keuangan RI
“Misalnya konflik geopolitik di Timur Tengah belum terlihat akan selesai dalam waktu dekat. Apalagi kita tahu bahwa salah satu petinggi dari Hamas yang terbunuh kemarin bisa saja akan mengubah arah dari konflik geopolitik saat ini,” katanya kepada Bisnis, Jumat (2/8/2024).
Menurutnya, konflik geopolitik, terutama di Timur Tengah sangat erat hubungannya dengan perkiraan atau proyeksi harga minyak.
Baca Juga : : Sri Mulyani: Stabilitas Sistem Keuangan Kuartal II/2024 tetap Terjaga
Jika eskalasi dari konflik ini meningkat kembali, maka volatilitas harga minyak akan meningkat. Apalagi, kata Yusuf, konflik geopolitik ini juga ikut mempengaruhi Iran sebagai salah satu negara produsen minyak.
Yusuf menilai ketika harga komoditas terutama minyak terdampak, maka proyeksi yang sudah disusun sebelumnya dapat berubah, termasuk proyeksi terkait keputusan bank sentral Amerika Serikat untuk menurunkan suku bunganya yang diperkirakan terjadi pada September.
“Saya kira periode ketidakpastian yang bisa mempengaruhi stabilitas ekonomi global dan pada muaranya stabilitas sistem keuangan di dalam negeri masih relatif tinggi, sehingga pemerintah perlu tetap waspada dan dalam kondisi siaga,” jelasnya.